bp bk smp Selamat Datang di blog Kami. Silahkan Browsing dan Cari data anda
bp bk lengkap

Konseling Psikologi,Seni Dalam Agama

Senin

Konseling Psikologi,Seni Dalam Agama

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan telah memberikan sumbangan terhadap perkembangan siswa di sekolah. Namun meskipun demikian masih banyak lagi yang dibutuhkan dan yang perlu mendapat perhatian, seperti petugas bimbingan yang masih bersifat menunggu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang kurang memberikan nilai tambah bagi perkembangan siswa, petugas bimbingan sekolah yang kurang menampilkan kegiatan bermakna bagi pencapaian tujuan program sekolah, belum adanya perbedaan yang nyata kemampuan profesional antara petugas bimbingan yang berlatar pendidikan jurusan Bimbingan dan Konseling. Sampai saat ini guru pembimbing (BK) masih dianggap menakutkan. Pandangan tentang Guru pembimbing (BK) sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih tetap melekat di sebagian besar sekolah. Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan guru pembimbing adalah siswa yang bermasalah pun masih melekat dalam ranah pikiran sebagian besar siswa dan orang tuanya. Sehingga gambaran menakutkan tentang guru pembimbing (BK) sebagai polisinya sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk berhubungan dengan guru pembimbing. Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin berhubungan dengan guru BK tetapi mereka lebih takut dicap teman-temannya sebagai siswa bermasalah. Pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan Guru BK dalam malakukan peran besarnya di sekolah. Hal tersebut merupakan beberapa masalah yang perlu dicarikan jalan pemecahannya untuk menciptakan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara profesional. Sehingga profesionalitas guru pembimbing dapat terwujud. Dengan memperhatikan fenomena guru pembimbing di sekolah, maka pengembangan profesionalitas guru menjadi peluang yang amat terbuka dan amat urgen dilakukan, terutama dilihat: (1) dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas guru pembimbing, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien; (2) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam bimbingan dan konseling di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga menuntut penguasaannya secara akademik-profesional; (3) setiap guru dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan;


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalitas
Profesionalitas adalah Derajat pengetahuan dan keahlian serta sikap anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalitas merupakan wujud keprofesionalan dari seorang petugas profesi.
Bagaimanapun kondisinya guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berupa jabatan dalam suatu hirarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta menuntut etika khusus untuk jabatan tersebut. Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kompetensi dan sikap sesuai dengan profesinya. Seorang professional menjalankan pekerjaannya berdasarkan profesionalisme. Pengetahuan dan kemampuan dan keterampilan yang mampu dilaksanakan pembimbing sekolah mencakup semua aspek kehidupan.
B. Kemampuan yang dituntut dari seorang guru BK
Kemampuan yang dituntut guru BK cukup tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Harus mempunyai kemauan yang cukup kuat untuk bekerja keras, ingin menyelesaikan tugas tetap pada waktunya, mempunyai semangat bersaing yang tidak terlalu tinggi, berani menghadapi kegagalan dan ingin melakukan tugas-tugas baru di sekolahnya. Petugas bimbingan sekolah harus melakukan berbagai kegiatan bimbingan yang terdapat disekolah, antara lain; penyusunan program bimbingan, pengadministrasian kegiatan bimbingan, pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan siswa, bimbingan kelompok belajar, diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran perbaikan, konseling dan berbagai inventori untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa, kepribadian dan kemampuan siswa; beberapa jenis layanan bimbingan; serta organisasi dan administrasi bimbingan, cara menyiapkan sarana penunjang pelayanan bimbingan dan konseling, pengkajian faktor-faktor penunjang dan penghambat program, wawasan bimbingan, prinsip bimbingan, cara memotivasi siswa, cara menempatkan siswa dalam kelompok belajar, orientasi siswa baru, dan bimbingan karir sesuai dengan paket yang tersedia.
Memperhatikan karakteristik pekerjaan guru, ia adalah profesi. Guru adalah pekerjaan professional dalam pendidikan. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan atau situasi interaksi belajar mengajar yang kondusif. Siswa diharapkan dapat berperilaku dalam pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku antara guru dengan siswa. Disamping itu guru BK diharapkan mampu memahami kondisi siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
C. Cara Mengembangkan profesionalitas Guru BK
Memperhatikan peran guru BK seperti tersebut di atas, berarti profesi guru BK harus terus menerus dikembangkan. Kemajuan teknologi yang cepat menuntut pengembangan profesi yang terus menerus. Profesi yang bermutu ditentukan oleh kemampuan anggotanya. Apabila kemampuan anggotanya rendah, maka profesi tersebut tidak akan mempunyai pasaran. Apabila profesi guru tidak berkembang, ia tidak akan dipercaya oleh masyarakat. Akibatnya profesi tersebut tidak akan diminati oleh putra putra terbaik dari masyarakat. Dengan kata lain, saat ini dan masa yang akan datang profesi guru pembimbng (BK) harus dapat bersaing dengan profesi-profesi lainnya.
Pengembangan Profesionalitas guru BK harus selalu dipupuk dan dikembangkan. Untuk mengembangkan profesionalitas guru pembimbing, banyak cara bisa dikerjakan, baik itu melalui program preservice education, inservice education, inservice training.
1. Program preservice education adalah program pendidikan yang dilakukan pada pendidikan sekolah sebelum peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan.
2. Program inservice education adalah program pendidikan yang mengacu pada kemampuan akademik maupun profesional, sesudah peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan.
3. Program inservice training adalah suatu usaha pelatihan yang memberi kesempatan kepada orang yang mendapat tugas jabatan tertentu, dalam hal tersebut adalah guru, untuk mendapat pengembangan kinerja.

Sucipto (1998) memberikan uraian bahwa. Pengembangan profesionalitas guru pembimbing dapat dilakukan baik masih dalam pendidikan pra jabatan maupun setelah bertugas.
1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Pra jabatan
Dalam pendidikan prajabatan , calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru Pembimbing selalu menjadi panutan bagi siswanya dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannnya sebagai calon guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh aplikasi dan penerapan ilmu, ketrampilan dan kepribadian bahkan sikap professional dirancang didilakukan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Misalnya : Sikap teliti dan disiplin terbentuk sebagai sampingan dari keuletan dalam suatu pekerjaan.
Oleh karena itu lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru harus memenuhi standar standar tertentu (Sutjipto, 2003). Standar standar tersebut adalah:
a. Pendidikan guru harus didasarkan pada visi, bahwa guru harus responsive terhadap tuntutan mutu yang selalu meningkat. Oleh karena itu lembaga ini harus mampu menciptakan guru profesional yang handal dan responsive sesuai dengan tuntutan mutu , baik secara nasional maupun internasional. Oleh karena itu, selain menguasai ilmu yang diajarkan guru harus mampu mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pendidikan, sehingga pengajaran yang diberikan dapat sekaligus mengembangkan aspek kepribadian murid. Disinilah pentingnya lembaga ini menyiapkan calon guru yang memiliki kepribadian yang unggul.
b. Perlunya lembaga pendidikan guru menerapkan standar internasional yang meliputi kelembagaan pendidikan guru baik prajabatan maupun dalam jabatan.
c. Lembaga pendidikan guru harus mampu menawarkan program-program yang berkualitas dan bermutu tinggi. Pengelolaan program harus memungkinkan terjadinya proses interaksi yang saling memperkaya diantara program, pelaku dan pemanfaatan fasilitas.
d. Di dalam rancangan dan praksis, kurikulum harus terjadi integrasi antara teori dan praktek yang menghasilkan pengalaman yang menyublim. Oleh karena itu, kurikulum harus meliputi kelompok pengalaman yang mengembangkan kepribadian, wawasan profesi, penguasaan bidang ilmu, penguasaan ilmu pendidikan dan praksisnya.
e. Lembaga pendidikan guru harus dibatasi kepada yang benar-benar dapat menjamin kualitas keluarannya. Sebaiknya pendidikan guru hanya dilakukan oleh pemerintah bersama lembaga swasta yang sangat selektif dan memenuhi kriteria.
f. Pelaksanaan pendidikan guru profesional harus ditunjang dengan manajemen yang profesional pula.
g. Lembaga yang berkualitas diberi kewenangan yang luas dalam membuka dan menutup program studi.
h. Pengalaman lapangan merupakan bagian dari pendidikan calon guru yang sangat esensial.
i. Dosen dan tenaga penunjang pendidikan lainnya harus mempunyai kualitas yang tinggi dan berdasarkan kebutuhan.
j. Pengembangan staf melalui pertemuan profesional, pendidikan lanjut harus selalu dilakukan.
k. Lembaga pendidikan harus mempunyai fasilitas yang lengkap, fasilitas penunjang dan fasilitas pembentukan kepribadian yang mantap.
2. Pengembangan Sikap Selama dalam jabatan
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan professional guru pada masa pengabdiannya sebagai seorang guru. Baik itu dengan kegiatan formal, yaitu dengan cara mengikuti penataran, lokakarya, seminar, kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya. Ataupun secara informal, yaitu melalui media massa, televisi, radio, Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan ketrampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap professional guru.


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Guru BK secara bertahap dapat ditingkatkan kemampuannya menjadi pembimbing profesional, yang menguasai berbagai kemampuan, keterampilan dan teknik-teknik intelektual serta mampu menampilkan layanan yang unik dan bermakna bagi perkembangan semua siswa di sekolah melalui pendidikan lanjutan, pelatihan dan atau workshop. Mengingat kekuatan, kelemahan yang terdapat pada guru pembimbing untuk menjadi pembimbing profesional, serta peluang dan ancamannya, maka pembimbing sekolah merupakan prioritas pertama untuk dikembangkan menjadi pembimbing profesional melalui workshop dan pelatihan. Dalam kaitan itu perencanaan strategik dan teknik peningkatan mutu berdasarkan kompetensi merupakan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program peningkatan mutu pembimbing. Program pengembangan profesionalitas pembimbing sekolah dirancang berdasarkan pilihan nilai filsafah negara Pancasila, Spesifikasi hasil program diarahkan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan tertentu yang belum dikuasai pembimbing sekolah dalam menjalankan tugasnya. Isi program pengembangan pembimbing sekolah, mencakup aspek-aspek; hubungan antarpribadi; penyusunan dan pengembangan program; konseling individual dan kelompok serta keterampilan konseling; konsultasi; testing; dan dasar-dasar penelitian.


DAFTAR PUSTAKA


1. Sudianto, Akur. 2008. Konselor Dan Profesi Konseling (Pengembangan Profesionalitas Konselor Sekolah/Madrasah Dalam Jabatan).Padang: Makalah Konvensi Nasional II IKI dan Seminar Internasional Konseling.
2. Usman, Uzer, Muh .2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya
3. Soetjipto.2000. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta
4. Ikatan Konselor Indonesia (Divisi ABKIN), 2008. Arah pemikiran pengembangan profesi konselor.




SOAL SEMESTER

1. Apa yang menjadi faktor penentu bagi seorang guru (BK) agar dapat professional?
Yang menjadi faktor penentu keprofesionalan guru pembimbing adalah standar kompetensi yang dimiliki mumpuni dan teraplikasi dalam wujud kinerja dan prilaku yang terbuka serta menarik. Dimana kompetensi yang dimiliki sudah mendarah daging dan menjadi satu kesatuan dalam pribadi (kualitas akademik, personal dan sosial memadai).
Guru BK diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang mencerminkan kriteria dan trilogi profesi ( ilmu pendidikan, substansi konseling, dan praktik konseling) konteks tugas, dan kompetensi akademik dan profesional yang harus dikuasai. Kriteria profesi mencakup keintelektualan, kompetensi profesional, obyek praktek yang spesifik, komunikasi, motivasi altruistik, dan organisasi profesi. Trilogi profesi menunjukkan eksistensi profesi sebagai cerminan dari dasar keilmuan, substansi profesi, dan praktek profesi secara komprehensif. Penguasaan kompetensi sesuai dengan Permendiknas no. 27 tahun 2008. Guru BK yang tidak mempunyai kompetensi yang baik bukanlah guru profesional.
Kompetensi yang dituntut dari seorang BK adalah:
1. Kompetensi Personal.
Guru BK yang mempunyai kompetensi personal dengan baik adalah guru yang mempunyai kemampuan pribadi dalam hal pengembangan kepribadian. Pengembangan kepribadian dimaksud adalah pengembangan kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama, yang meliputi pengkajian, penghayatan serta pengamalan. Pengembangan sifat-sifat terpuji adalah hal perlu dikembangkan dalam kompetensi personal. Guru dituntut membiasakan diri untuk bersikap sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan, santun, selalu tepat waktu, serta tanggap terhadap pembaharuan.
Dengan demikian kepribadian menentukan citra seorang guru BK. Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan kepribadiannya. Kepribadian menentukan apakah seorang guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Kompetensi personal dari guru BK harus mempunyai daya beda yang tinggi dibanding guru bidang studi yang lain.
2. Kompetensi Profesional.
Guru BK yang profesional adalah seseorang yang memenuhi standard kualifikasi akademik. Kompetensi profesional yang dipelajari berkaitan dengan mempelajari materi keilmuan, pendekatan, metode, teknik, serta nilai yang berkenaan dengan pelayanan profesional. Objek praktik yang spesifik yang berbeda dari profesi lain bahkan guru walaupun sama-sama di bidang pendidikan. Kompetensi profesional mencakup kompetensi inti yaitu:
 Menguasai konsep dan praksis assesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli
 Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
 Merancang program bimbingan dan konseling
 Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
 Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
 Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
 Menguasai konsep dan praksis penelitian bimbingan dan konseling
3.Kompetensi pedagogik
Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi profesional apabila dia menguasai landasan pendidikan. Penguasaan terhadap landasan pendidikan ini dibuktikan dengan bagaimana seorang guru mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dengan cara mengkaji tujuan, meneliti hubungan-hubungan antara berbagai lembaga pendidikan, serta mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan merupakan bagian dari kompetensi pedagogik. Dalam hal ini yang bisa dilakukan oleh guru adalah : mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap, mengkaji prinsip-prinsip belajar, serta menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar. Kompetensi pedagogik mencakup kompetensi inti yaitu:
 menguasai teori dan praksis pendidikan
 mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
 mengausai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikanr mengajar.
4. Kompetensi Sosial
Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi adalah hal yang perlu dikembangkan dalam kompetensi sosial. Dalam hal ini bagaimana seorang guru BK harus bisa berinteraksi denga teman sejawat, berinteraksi dengan masyarakat untuk menyampaikan misi pendidikan, melaksanakan bimbingan dan konseling, melaksanakan administrasi sekolah. Disamping itu juga perlunya seorang guru mengembangkan aspek aspek dalam hubungan antara manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungnnya.
Kompetensi sosial mencakup kompetensi inti yaitu:
 Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
 Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
 Mengimplementasikan kerjasama antar profesi
2. Dalam mengembangkan profesionalitas adakah faktor penghambat Guru BK, adakah solusinya?
Ada
Faktor penghambat tersebut adalah:
1. Faktor internal guru pembimbing itu sendiri
- Kurang memahami hak dan kewajibannya sebagai guru BK
- KurangyaWPKNS dan kurang keterampilan dalam konseling serta Gagap teknologi sehingga kurang mengupdate informasi baru tentang ke BK-an.
- Kurang aktif dalam organisasi profesi sehingga perkembangan dan kemajuan dunia pofesi ketinggalan.
- Malas untuk mengembangkan diri dan tidak kreatif.
2. Faktor eksternal:
- Dari Personal sekolah yaitu kepala sekolah dan perangkatnya kurang memahami bimbingan konseling sehingga kurang memberikan dukungan terhadap pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah. Wewenang yang diberikan kepada guru pembimbing tidak luwes guru Bk tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya (keberadaan/kedudukan BK kurang dirasakan). Stagnan (berjalan ditempat) dan kurang mengalami perubahan yang berarti manajemen organisasi kegiatan bimbingan konseling disekolah kurang dapat terlaksana dengan baik.
- Sarana prasarana bimbingan dan konseling tidak memadai juga ikut menambah daftar buruknya citra BK disekolah. Sehingga pelaksanaan kegiatan BK tidak dapat berjalan sesuai harapan.
- Dari supervisor BK juga kurang memberikan intervensi pembinaan yang memadai dan tepat serta kurangnya inspeksi secara intensif dan berkesinambungan. Sehingga guru BK disekolah lengah, lalai dan kurang produktif. Ditambah lagi minimnya supevisor BK yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.
- Kurang responnya ABKIN terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi guru BK disekolah sehingga kurang memberikan pelatihan dan wadah untuk bertukar pikiran serta aspirasi untuk kemajuan dunia profesi.
Solusinya adalah:
1. Guru BK harus mengerti betul hak dan kewajibannya secara ideal, profesional
dan proporsional. Oleh karenanya perlu ada semacam sosialisasi dan diseminasi undang-undang terhadap para Guru BK agar mereka terpahamkan soal eksistensi profesionalitasnya. Termasuk disini juga perlu disosialisasikan kepada kepala sekolah supaya memahami tugas dan funsi bimbingan dan konseling disekolah. Sehingga adanya peran serta dan dukungan dari kepala sekolah dan perangkat terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling serta tidak ada lagi kesalah pahaman
2. Guru BK senantiasa meningkatkan WPKNS, meningkatkan keterampilan dalam konseling, meningkatkan penguasaan penggunaan teknologi komunikasi, meningkatkan keterampilan dan ketajaman dalam menguasai informasi serta berfikir masa depan denga cara senantiasa mengembangkan kualitas diri melalui belajar terus menerus dan mengikuti perkembangan melalui organisasi profesi dan organisasi lainnya yang relevan, lokakarya, penataran, seminar/workshop serta MGBK.
3. Guru BK memiliki pribadi yang unggul, kontrol diri dan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga senantiasa berbenah diri dan meningkatkan kualitas. Memiliki standar evaluasi diri yang dijadikan cerminan diri.
4. DIKNAS segera mengantisispasi dengan mengambil suatu tindakan mengkonselorkan para guru BK sehingga tidak terjadi kegagalan dalam melaksanakan KTSP (merekrut guru BK untuk memasuki PPK dalam jabatan). Dalam hal ini biaya ditanggung pemerintah.
5. Pemerintah senantiasa memberikan reward terhadap guru yang berprestasi secara terus menerus agar guru (khususnya guru BK) dapat termotivasi menghasilkan karya terbaik dan kualiats kerja yang optimal.
6. Pemerintah hendaknya memperhatikan dan memprioritaskan kebutuhan tenaga konseling disekolah dengan serius (pemenuhan guru BK sesuai jumlah dan kebutuhan siswa dengan latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling).
7. Supervisor BK hendaknya kualifikasi pendidikan dari bimbingan dan konseling serta lebih tinggi dari guru BK disekolah. Sehingga pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan keahliannya mumpuni dan diakui, dapat menjadi teladan dan motivator yang tinggi.
8. ABKIN memfasilitasi perkembangan dan kemajuan tenaga konseling.
9. Lembaga pencetak tenaga guru lebih selektif dalam merekrut calon tenaga pendidik khususnya guru BK. Agar profesionalitas dapat terwujud.
Salah satu aspek penting dalam pengembangan profesionalitas guru di sini adalah terletak pada kemampuannya meningkatkan modal intelektual, modal sosial, kredibilitas dan semangatnya dalam mengemban tugas sebagai guru. Ada tiga tugas utama guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Persepsi Terhadap Guru BK

Ini merupaka tugas mata kuliah ya dapatnya dari bebrapa artikel ini met membaca....

Sampai saat ini guru BK masih dianggap menakutkan. Pandangan tentang Guru
BK sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih tetap melekat di sebagian
besar sekolah. Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan guru BK adalah
siswa yang bermasalah pun masih melekat dalam ranah pikiran sebagian besar
siswa dan orang tuanya. Sehingga gambaran menakutkan tentang guru BK sebagai
polisinya sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk
berhubungan dengan guru BK. Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin
berhubungan dengan guru BK tetapi mereka lebih takut dicap kawan-kawannya
sebagai siswa bermasalah.

pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan Guru BK
dalam malakukan peran besarnya di sekolah. Oleh karenanya, hari-hari ini sudah
mulai banyak Guru BK yang memulai melakukan pencitraan atas profesinya untuk
mengubah pandangan menakutkan tersebut menjadi menyenangkan.
Guru BK harus mengerti betul hak dan kewajibannya secara ideal, profesional
dan proporsional. Dan itu ada dalam koridor Undang-undang No. 14 tahun 2005.
Oleh karenanya perlu ada semacam sosialisasi dan diseminasi undang-undang
tersebut terhadap para Guru BK agar mereka terpahamkan soal eksistensi
profesionalitasnya.
Tuntutan kompetensi dalam profesionalitas guru yang diusung Undang-undang Guru
dan Dosen tidak melulu soal didaktik-metodik yang berbau paedagogik belaka,
tetapi jauh lebih kompleks dari itu. Salah satunya bahwa guru harus memiliki
kompetensi sosial yang mumpuni yang ditandai dengan kemampuannya menghadapi,
mengantisipasi, dan menyiasati persoalan-persoalan yang dibawa perubahan
sosial, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Guru BK hari ini sangat
membutuhkan kecakapan komunikasi dan mengelola informasi dan data kegiatan
serta data siswanya yang berbasis teknologi. Dengan demikian pengetahuan dan
keterampilan Guru BK akan penguasaan sistem informasi berbasis komputer menjadi
kebutuhan tak tertolak.
Temuan di lapangan menunjukan bahwa guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya menampilkan sifat-sifat bertanggung jawab, sabar, ramah dan objektif; sedangkan pembimbing muda lebih menonjolkan sifat-sifat bertanggung jawab, sabar, menghargai orang lain, ramah dan percaya diri. Pembimbing sekolah lebih banyak menonjolkan sifat-sifat ; sabar, bertanggung jawab, menghargai orang lain, ramah dan memiliki stabilitas emosional. Pengetahuan dan kemampuan yang diketahui dan mampu dilaksanakan guru pembimbing berkenaan dengan dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah: cara menyiapkan sarana penunjang pelayanan bimbingan dan konseling, pengkajian faktor-faktor penunjang dan penghambat program, wawasan bimbingan, prinsip bimbingan, pengumpulan data dengan alat sederhana, cara memotivasi siswa, cara menempatkan siswa dalam kelompok belajar, orientasi siswa baru, dan bimbingan karir sesuai dengan paket yang tyersedia; sedangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang diketahui dan mampu dilaksanakan pembimbing muda mencakup semua aspek yang dikuasai guru pembimbing serta berbagai inventori untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa, kepribadian dan kemampuan siswa; beberapa jenis layanan bimbingan; serta organisasi dan administrasi bimbingan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan telah memberikan sumbangan terhadap perkembangan siswa di sekolah. Namun meskipun demikian masih banyak lagi yang dibutuhkan dan yang perlu mendapat perhatian, seperti petugas bimbingan yang masih bersifat menunggu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang kurang memberikan nilai tambah bagi perkembangan siswa, petugas bimbingan sekolah yang kurang menampilkan kegiatan bermakna bagi pencapaian tujuan program sekolah, belum adanya perbedaan yang nyata kemampuan profesional antara petugas bimbingan yang berlatar pendidikan jurusan Bimbingan dan Konseling. Sampai saat ini guru pembimbing (BK) masih dianggap menakutkan. Pandangan tentang Guru pembimbing (BK) sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih tetap melekat di sebagian besar sekolah. Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan guru pembimbing adalah siswa yang bermasalah pun masih melekat dalam ranah pikiran sebagian besar siswa dan orang tuanya. Sehingga gambaran menakutkan tentang guru pembimbing (BK) sebagai polisinya sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk berhubungan dengan guru pembimbing. Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin berhubungan dengan guru BK tetapi mereka lebih takut dicap teman-temannya sebagai siswa bermasalah. Pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan Guru BK dalam malakukan peran besarnya di sekolah. Hal tersebut merupakan beberapa masalah yang perlu dicarikan jalan pemecahannya untuk menciptakan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara profesional. Sehingga profesionalitas guru pembimbing dapat terwujud. Dengan memperhatikan fenomena guru pembimbing di sekolah, maka pengembangan profesionalitas guru menjadi peluang yang amat terbuka dan amat urgen dilakukan, terutama dilihat: (1) dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas guru pembimbing, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien; (2) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam bimbingan dan konseling di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga menuntut penguasaannya secara akademik-profesional; (3) setiap guru dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan;


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalitas
Profesionalitas adalah Derajat pengetahuan dan keahlian serta sikap anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalitas merupakan wujud keprofesionalan dari seorang petugas profesi.
Bagaimanapun kondisinya guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berupa jabatan dalam suatu hirarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta menuntut etika khusus untuk jabatan tersebut. Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kompetensi dan sikap sesuai dengan profesinya. Seorang professional menjalankan pekerjaannya berdasarkan profesionalisme. Pengetahuan dan kemampuan dan keterampilan yang mampu dilaksanakan pembimbing sekolah mencakup semua aspek kehidupan.
B. Kemampuan yang dituntut dari seorang guru BK
Kemampuan yang dituntut guru BK cukup tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Harus mempunyai kemauan yang cukup kuat untuk bekerja keras, ingin menyelesaikan tugas tetap pada waktunya, mempunyai semangat bersaing yang tidak terlalu tinggi, berani menghadapi kegagalan dan ingin melakukan tugas-tugas baru di sekolahnya. Petugas bimbingan sekolah harus melakukan berbagai kegiatan bimbingan yang terdapat disekolah, antara lain; penyusunan program bimbingan, pengadministrasian kegiatan bimbingan, pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan siswa, bimbingan kelompok belajar, diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran perbaikan, konseling dan berbagai inventori untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa, kepribadian dan kemampuan siswa; beberapa jenis layanan bimbingan; serta organisasi dan administrasi bimbingan, cara menyiapkan sarana penunjang pelayanan bimbingan dan konseling, pengkajian faktor-faktor penunjang dan penghambat program, wawasan bimbingan, prinsip bimbingan, cara memotivasi siswa, cara menempatkan siswa dalam kelompok belajar, orientasi siswa baru, dan bimbingan karir sesuai dengan paket yang tersedia.
Memperhatikan karakteristik pekerjaan guru, ia adalah profesi. Guru adalah pekerjaan professional dalam pendidikan. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan atau situasi interaksi belajar mengajar yang kondusif. Siswa diharapkan dapat berperilaku dalam pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku antara guru dengan siswa. Disamping itu guru BK diharapkan mampu memahami kondisi siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
C. Cara Mengembangkan profesionalitas Guru BK
Memperhatikan peran guru BK seperti tersebut di atas, berarti profesi guru BK harus terus menerus dikembangkan. Kemajuan teknologi yang cepat menuntut pengembangan profesi yang terus menerus. Profesi yang bermutu ditentukan oleh kemampuan anggotanya. Apabila kemampuan anggotanya rendah, maka profesi tersebut tidak akan mempunyai pasaran. Apabila profesi guru tidak berkembang, ia tidak akan dipercaya oleh masyarakat. Akibatnya profesi tersebut tidak akan diminati oleh putra putra terbaik dari masyarakat. Dengan kata lain, saat ini dan masa yang akan datang profesi guru pembimbng (BK) harus dapat bersaing dengan profesi-profesi lainnya.
Pengembangan Profesionalitas guru BK harus selalu dipupuk dan dikembangkan. Untuk mengembangkan profesionalitas guru pembimbing, banyak cara bisa dikerjakan, baik itu melalui program preservice education, inservice education, inservice training.
1. Program preservice education adalah program pendidikan yang dilakukan pada pendidikan sekolah sebelum peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan.
2. Program inservice education adalah program pendidikan yang mengacu pada kemampuan akademik maupun profesional, sesudah peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan.
3. Program inservice training adalah suatu usaha pelatihan yang memberi kesempatan kepada orang yang mendapat tugas jabatan tertentu, dalam hal tersebut adalah guru, untuk mendapat pengembangan kinerja.

Sucipto (1998) memberikan uraian bahwa. Pengembangan profesionalitas guru pembimbing dapat dilakukan baik masih dalam pendidikan pra jabatan maupun setelah bertugas.
1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Pra jabatan
Dalam pendidikan prajabatan , calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru Pembimbing selalu menjadi panutan bagi siswanya dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannnya sebagai calon guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh aplikasi dan penerapan ilmu, ketrampilan dan kepribadian bahkan sikap professional dirancang didilakukan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Misalnya : Sikap teliti dan disiplin terbentuk sebagai sampingan dari keuletan dalam suatu pekerjaan.
Oleh karena itu lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru harus memenuhi standar standar tertentu (Sutjipto, 2003). Standar standar tersebut adalah:
a. Pendidikan guru harus didasarkan pada visi, bahwa guru harus responsive terhadap tuntutan mutu yang selalu meningkat. Oleh karena itu lembaga ini harus mampu menciptakan guru profesional yang handal dan responsive sesuai dengan tuntutan mutu , baik secara nasional maupun internasional. Oleh karena itu, selain menguasai ilmu yang diajarkan guru harus mampu mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pendidikan, sehingga pengajaran yang diberikan dapat sekaligus mengembangkan aspek kepribadian murid. Disinilah pentingnya lembaga ini menyiapkan calon guru yang memiliki kepribadian yang unggul.
b. Perlunya lembaga pendidikan guru menerapkan standar internasional yang meliputi kelembagaan pendidikan guru baik prajabatan maupun dalam jabatan.
c. Lembaga pendidikan guru harus mampu menawarkan program-program yang berkualitas dan bermutu tinggi. Pengelolaan program harus memungkinkan terjadinya proses interaksi yang saling memperkaya diantara program, pelaku dan pemanfaatan fasilitas.
d. Di dalam rancangan dan praksis, kurikulum harus terjadi integrasi antara teori dan praktek yang menghasilkan pengalaman yang menyublim. Oleh karena itu, kurikulum harus meliputi kelompok pengalaman yang mengembangkan kepribadian, wawasan profesi, penguasaan bidang ilmu, penguasaan ilmu pendidikan dan praksisnya.
e. Lembaga pendidikan guru harus dibatasi kepada yang benar-benar dapat menjamin kualitas keluarannya. Sebaiknya pendidikan guru hanya dilakukan oleh pemerintah bersama lembaga swasta yang sangat selektif dan memenuhi kriteria.
f. Pelaksanaan pendidikan guru profesional harus ditunjang dengan manajemen yang profesional pula.
g. Lembaga yang berkualitas diberi kewenangan yang luas dalam membuka dan menutup program studi.
h. Pengalaman lapangan merupakan bagian dari pendidikan calon guru yang sangat esensial.
i. Dosen dan tenaga penunjang pendidikan lainnya harus mempunyai kualitas yang tinggi dan berdasarkan kebutuhan.
j. Pengembangan staf melalui pertemuan profesional, pendidikan lanjut harus selalu dilakukan.
k. Lembaga pendidikan harus mempunyai fasilitas yang lengkap, fasilitas penunjang dan fasilitas pembentukan kepribadian yang mantap.
2. Pengembangan Sikap Selama dalam jabatan
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan professional guru pada masa pengabdiannya sebagai seorang guru. Baik itu dengan kegiatan formal, yaitu dengan cara mengikuti penataran, lokakarya, seminar, kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya. Ataupun secara informal, yaitu melalui media massa, televisi, radio, Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan ketrampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap professional guru.


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Guru BK secara bertahap dapat ditingkatkan kemampuannya menjadi pembimbing profesional, yang menguasai berbagai kemampuan, keterampilan dan teknik-teknik intelektual serta mampu menampilkan layanan yang unik dan bermakna bagi perkembangan semua siswa di sekolah melalui pendidikan lanjutan, pelatihan dan atau workshop. Mengingat kekuatan, kelemahan yang terdapat pada guru pembimbing untuk menjadi pembimbing profesional, serta peluang dan ancamannya, maka pembimbing sekolah merupakan prioritas pertama untuk dikembangkan menjadi pembimbing profesional melalui workshop dan pelatihan. Dalam kaitan itu perencanaan strategik dan teknik peningkatan mutu berdasarkan kompetensi merupakan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program peningkatan mutu pembimbing. Program pengembangan profesionalitas pembimbing sekolah dirancang berdasarkan pilihan nilai filsafah negara Pancasila, Spesifikasi hasil program diarahkan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan tertentu yang belum dikuasai pembimbing sekolah dalam menjalankan tugasnya. Isi program pengembangan pembimbing sekolah, mencakup aspek-aspek; hubungan antarpribadi; penyusunan dan pengembangan program; konseling individual dan kelompok serta keterampilan konseling; konsultasi; testing; dan dasar-dasar penelitian.


DAFTAR PUSTAKA


1. Sudianto, Akur. 2008. Konselor Dan Profesi Konseling (Pengembangan Profesionalitas Konselor Sekolah/Madrasah Dalam Jabatan).Padang: Makalah Konvensi Nasional II IKI dan Seminar Internasional Konseling.
2. Usman, Uzer, Muh .2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya
3. Soetjipto.2000. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta
4. Ikatan Konselor Indonesia (Divisi ABKIN), 2008. Arah pemikiran pengembangan profesi konselor.




SOAL SEMESTER

1. Apa yang menjadi faktor penentu bagi seorang guru (BK) agar dapat professional?
Yang menjadi faktor penentu keprofesionalan guru pembimbing adalah standar kompetensi yang dimiliki mumpuni dan teraplikasi dalam wujud kinerja dan prilaku yang terbuka serta menarik. Dimana kompetensi yang dimiliki sudah mendarah daging dan menjadi satu kesatuan dalam pribadi (kualitas akademik, personal dan sosial memadai).
Guru BK diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang mencerminkan kriteria dan trilogi profesi ( ilmu pendidikan, substansi konseling, dan praktik konseling) konteks tugas, dan kompetensi akademik dan profesional yang harus dikuasai. Kriteria profesi mencakup keintelektualan, kompetensi profesional, obyek praktek yang spesifik, komunikasi, motivasi altruistik, dan organisasi profesi. Trilogi profesi menunjukkan eksistensi profesi sebagai cerminan dari dasar keilmuan, substansi profesi, dan praktek profesi secara komprehensif. Penguasaan kompetensi sesuai dengan Permendiknas no. 27 tahun 2008. Guru BK yang tidak mempunyai kompetensi yang baik bukanlah guru profesional.
Kompetensi yang dituntut dari seorang BK adalah:
1. Kompetensi Personal.
Guru BK yang mempunyai kompetensi personal dengan baik adalah guru yang mempunyai kemampuan pribadi dalam hal pengembangan kepribadian. Pengembangan kepribadian dimaksud adalah pengembangan kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama, yang meliputi pengkajian, penghayatan serta pengamalan. Pengembangan sifat-sifat terpuji adalah hal perlu dikembangkan dalam kompetensi personal. Guru dituntut membiasakan diri untuk bersikap sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan, santun, selalu tepat waktu, serta tanggap terhadap pembaharuan.
Dengan demikian kepribadian menentukan citra seorang guru BK. Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan kepribadiannya. Kepribadian menentukan apakah seorang guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Kompetensi personal dari guru BK harus mempunyai daya beda yang tinggi dibanding guru bidang studi yang lain.
2. Kompetensi Profesional.
Guru BK yang profesional adalah seseorang yang memenuhi standard kualifikasi akademik. Kompetensi profesional yang dipelajari berkaitan dengan mempelajari materi keilmuan, pendekatan, metode, teknik, serta nilai yang berkenaan dengan pelayanan profesional. Objek praktik yang spesifik yang berbeda dari profesi lain bahkan guru walaupun sama-sama di bidang pendidikan. Kompetensi profesional mencakup kompetensi inti yaitu:
 Menguasai konsep dan praksis assesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli
 Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
 Merancang program bimbingan dan konseling
 Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
 Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
 Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
 Menguasai konsep dan praksis penelitian bimbingan dan konseling
3.Kompetensi pedagogik
Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi profesional apabila dia menguasai landasan pendidikan. Penguasaan terhadap landasan pendidikan ini dibuktikan dengan bagaimana seorang guru mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dengan cara mengkaji tujuan, meneliti hubungan-hubungan antara berbagai lembaga pendidikan, serta mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan merupakan bagian dari kompetensi pedagogik. Dalam hal ini yang bisa dilakukan oleh guru adalah : mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap, mengkaji prinsip-prinsip belajar, serta menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar. Kompetensi pedagogik mencakup kompetensi inti yaitu:
 menguasai teori dan praksis pendidikan
 mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
 mengausai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikanr mengajar.
4. Kompetensi Sosial
Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi adalah hal yang perlu dikembangkan dalam kompetensi sosial. Dalam hal ini bagaimana seorang guru BK harus bisa berinteraksi denga teman sejawat, berinteraksi dengan masyarakat untuk menyampaikan misi pendidikan, melaksanakan bimbingan dan konseling, melaksanakan administrasi sekolah. Disamping itu juga perlunya seorang guru mengembangkan aspek aspek dalam hubungan antara manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungnnya.
Kompetensi sosial mencakup kompetensi inti yaitu:
 Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
 Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
 Mengimplementasikan kerjasama antar profesi
2. Dalam mengembangkan profesionalitas adakah faktor penghambat Guru BK, adakah solusinya?
Ada
Faktor penghambat tersebut adalah:
1. Faktor internal guru pembimbing itu sendiri
- Kurang memahami hak dan kewajibannya sebagai guru BK
- KurangyaWPKNS dan kurang keterampilan dalam konseling serta Gagap teknologi sehingga kurang mengupdate informasi baru tentang ke BK-an.
- Kurang aktif dalam organisasi profesi sehingga perkembangan dan kemajuan dunia pofesi ketinggalan.
- Malas untuk mengembangkan diri dan tidak kreatif.
2. Faktor eksternal:
- Dari Personal sekolah yaitu kepala sekolah dan perangkatnya kurang memahami bimbingan konseling sehingga kurang memberikan dukungan terhadap pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah. Wewenang yang diberikan kepada guru pembimbing tidak luwes guru Bk tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya (keberadaan/kedudukan BK kurang dirasakan). Stagnan (berjalan ditempat) dan kurang mengalami perubahan yang berarti manajemen organisasi kegiatan bimbingan konseling disekolah kurang dapat terlaksana dengan baik.
- Sarana prasarana bimbingan dan konseling tidak memadai juga ikut menambah daftar buruknya citra BK disekolah. Sehingga pelaksanaan kegiatan BK tidak dapat berjalan sesuai harapan.
- Dari supervisor BK juga kurang memberikan intervensi pembinaan yang memadai dan tepat serta kurangnya inspeksi secara intensif dan berkesinambungan. Sehingga guru BK disekolah lengah, lalai dan kurang produktif. Ditambah lagi minimnya supevisor BK yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.
- Kurang responnya ABKIN terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi guru BK disekolah sehingga kurang memberikan pelatihan dan wadah untuk bertukar pikiran serta aspirasi untuk kemajuan dunia profesi.
Solusinya adalah:
1. Guru BK harus mengerti betul hak dan kewajibannya secara ideal, profesional
dan proporsional. Oleh karenanya perlu ada semacam sosialisasi dan diseminasi undang-undang terhadap para Guru BK agar mereka terpahamkan soal eksistensi profesionalitasnya. Termasuk disini juga perlu disosialisasikan kepada kepala sekolah supaya memahami tugas dan funsi bimbingan dan konseling disekolah. Sehingga adanya peran serta dan dukungan dari kepala sekolah dan perangkat terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling serta tidak ada lagi kesalah pahaman
2. Guru BK senantiasa meningkatkan WPKNS, meningkatkan keterampilan dalam konseling, meningkatkan penguasaan penggunaan teknologi komunikasi, meningkatkan keterampilan dan ketajaman dalam menguasai informasi serta berfikir masa depan denga cara senantiasa mengembangkan kualitas diri melalui belajar terus menerus dan mengikuti perkembangan melalui organisasi profesi dan organisasi lainnya yang relevan, lokakarya, penataran, seminar/workshop serta MGBK.
3. Guru BK memiliki pribadi yang unggul, kontrol diri dan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga senantiasa berbenah diri dan meningkatkan kualitas. Memiliki standar evaluasi diri yang dijadikan cerminan diri.
4. DIKNAS segera mengantisispasi dengan mengambil suatu tindakan mengkonselorkan para guru BK sehingga tidak terjadi kegagalan dalam melaksanakan KTSP (merekrut guru BK untuk memasuki PPK dalam jabatan). Dalam hal ini biaya ditanggung pemerintah.
5. Pemerintah senantiasa memberikan reward terhadap guru yang berprestasi secara terus menerus agar guru (khususnya guru BK) dapat termotivasi menghasilkan karya terbaik dan kualiats kerja yang optimal.
6. Pemerintah hendaknya memperhatikan dan memprioritaskan kebutuhan tenaga konseling disekolah dengan serius (pemenuhan guru BK sesuai jumlah dan kebutuhan siswa dengan latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling).
7. Supervisor BK hendaknya kualifikasi pendidikan dari bimbingan dan konseling serta lebih tinggi dari guru BK disekolah. Sehingga pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan keahliannya mumpuni dan diakui, dapat menjadi teladan dan motivator yang tinggi.
8. ABKIN memfasilitasi perkembangan dan kemajuan tenaga konseling.
9. Lembaga pencetak tenaga guru lebih selektif dalam merekrut calon tenaga pendidik khususnya guru BK. Agar profesionalitas dapat terwujud.
Salah satu aspek penting dalam pengembangan profesionalitas guru di sini adalah terletak pada kemampuannya meningkatkan modal intelektual, modal sosial, kredibilitas dan semangatnya dalam mengemban tugas sebagai guru. Ada tiga tugas utama guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Persepsi Terhadap Guru BK

Ini merupaka tugas mata kuliah ya dapatnya dari bebrapa artikel ini met membaca....

Sampai saat ini guru BK masih dianggap menakutkan. Pandangan tentang Guru
BK sebagai guru khusus untuk siswa bermasalah masih tetap melekat di sebagian
besar sekolah. Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan guru BK adalah
siswa yang bermasalah pun masih melekat dalam ranah pikiran sebagian besar
siswa dan orang tuanya. Sehingga gambaran menakutkan tentang guru BK sebagai
polisinya sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk
berhubungan dengan guru BK. Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin
berhubungan dengan guru BK tetapi mereka lebih takut dicap kawan-kawannya
sebagai siswa bermasalah.

pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan Guru BK
dalam malakukan peran besarnya di sekolah. Oleh karenanya, hari-hari ini sudah
mulai banyak Guru BK yang memulai melakukan pencitraan atas profesinya untuk
mengubah pandangan menakutkan tersebut menjadi menyenangkan.
Guru BK harus mengerti betul hak dan kewajibannya secara ideal, profesional
dan proporsional. Dan itu ada dalam koridor Undang-undang No. 14 tahun 2005.
Oleh karenanya perlu ada semacam sosialisasi dan diseminasi undang-undang
tersebut terhadap para Guru BK agar mereka terpahamkan soal eksistensi
profesionalitasnya.
Tuntutan kompetensi dalam profesionalitas guru yang diusung Undang-undang Guru
dan Dosen tidak melulu soal didaktik-metodik yang berbau paedagogik belaka,
tetapi jauh lebih kompleks dari itu. Salah satunya bahwa guru harus memiliki
kompetensi sosial yang mumpuni yang ditandai dengan kemampuannya menghadapi,
mengantisipasi, dan menyiasati persoalan-persoalan yang dibawa perubahan
sosial, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Guru BK hari ini sangat
membutuhkan kecakapan komunikasi dan mengelola informasi dan data kegiatan
serta data siswanya yang berbasis teknologi. Dengan demikian pengetahuan dan
keterampilan Guru BK akan penguasaan sistem informasi berbasis komputer menjadi
kebutuhan tak tertolak.
Temuan di lapangan menunjukan bahwa guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya menampilkan sifat-sifat bertanggung jawab, sabar, ramah dan objektif; sedangkan pembimbing muda lebih menonjolkan sifat-sifat bertanggung jawab, sabar, menghargai orang lain, ramah dan percaya diri. Pembimbing sekolah lebih banyak menonjolkan sifat-sifat ; sabar, bertanggung jawab, menghargai orang lain, ramah dan memiliki stabilitas emosional. Pengetahuan dan kemampuan yang diketahui dan mampu dilaksanakan guru pembimbing berkenaan dengan dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah: cara menyiapkan sarana penunjang pelayanan bimbingan dan konseling, pengkajian faktor-faktor penunjang dan penghambat program, wawasan bimbingan, prinsip bimbingan, pengumpulan data dengan alat sederhana, cara memotivasi siswa, cara menempatkan siswa dalam kelompok belajar, orientasi siswa baru, dan bimbingan karir sesuai dengan paket yang tyersedia; sedangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang diketahui dan mampu dilaksanakan pembimbing muda mencakup semua aspek yang dikuasai guru pembimbing serta berbagai inventori untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa, kepribadian dan kemampuan siswa; beberapa jenis layanan bimbingan; serta organisasi dan administrasi bimbingan.

Senin, 02 November 2009

IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR (TF)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebagai seorang guru pembimbing di sekolah hendaknya dapat memberikan pelayanan yang baik kepada semua siswa-siswinya, terutama saat memberikan layanan konseling individual. Dalam layanan konseling individual seorang guru pembimbing tidak hanya sebatas memberikan nasehat-nasehat atau saran kepada siswa-siswi yang bermasalah akan tetapi juga menekankan aspek pemahaman diri siswa, menjadi sahabat siswa untuk bersedia mendengarkan curahan isi hatinya, mencari tahu sebab-sebab permasalahan yang dihadapinya dan membantu memecahkan masalahnya tersebut sampai selesai.
Tentunya persoalan ini bukanlah persoalan yang mudah. Karenanya seorang guru pembimbing dituntut untuk memiliki berbagai macam keterampilan agar ia dapat menjalankan profesinya secara profesional.
Upaya untuk melaksanakan konseling individual dimulai dari tahap pertama yaitu identifikasi kasus sampai tahap akhir (follow up). Ada banyak sekali model-model konseling yang dapat digunakan dalam pelaksanaan konseling individual, salah satunya adalah model pendekatan konseling trait and faktor yang akan diuraikan pada makalah ini.

2. Identifikasi Masalah
Pada umumnya para siswa memiliki berbagai permasalahan yang kompleks dan tidak mereka sadari, seperti keterganungan kepada orang lain (Dependence), Kurang informasi (self-conflict), merasa tidak bermasalah (No problem), kecemasan dalam menentukan pilihan (choice anxiety), ragu-ragu/kekurang pastian (Lack of assurance), dan kurang keterampilan (Lack of skill). Masalah-masalah seperti terserbut diatas merupakan masalah yang dapat ditangani dengan menggunakan model konseling trait and factor.
3. Perumusan Masalah
• Apa saja tujuan model tait and factor ?
• Bagaimana cara pengembangan pemecahan masalah (konseling) dalam model trait and factor ?
• Apa saja teknik konseling yang digunakan ?
• Bagaimana proses/kegiatan konseling trait and factor ?
• Strategi apa yang dapat digunakan dalam konseling ?
• Seperti apa contoh percakapan (Verbatim) identifikasi masalah dalam model konseling trait and factor ?

4. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan pemahaman tentang cara mengidentifikasi masalah dengan menggunakan model konseling trait and factor.
5. Fungsi Penelitian
• Pemahaman
Agar dapat memahami cara mengidentifikasi masalah dengan menggunakan salah satu model konseling trait and factor, serta cara melaksanakanya.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Dalam Trait and Factor
Konseling merupakan suatu proses interaktif yang ditandai oleh suatu hubungan unik antara guru pembimbing dan siswa yang mendorong kearah perubahan siswa di dalam satu atau lebih area berikut : Perilaku, membangun pribadi, kemampuan untuk menguasai hidup agar supaya memaksimalkan kondisi lingkungan yang kurang baik, dan pengetahuan pengambilan keputusan dan keterampilan. Perubahan yang perlu untuk dilakukan meliputi : Perasaan, nilai/harga diri, tingkah laku, pola pikir berupa tindakan yang masih dalam pikiran, dan tindakan yang nyata/sudah terwujud.

B. Tujuan Trait and Factor (TF)
TF memiliki tujuan untuk mengajak siswa (konseli) untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. TF dimaksudkan agar siswa mengalami :
• Self-Clarification / Klarifikasi diri
• Self-Understanding / Pemahaman diri
• Self-Acceptance / Penerimaan diri
• Self-Direction / Pengarahan diri
• Sel-Actualization / Aktualisasi diri

C. Pengembangan Pemecahan Masalah / Konseling TF
Upaya untuk membantu konseli mengungkapkan masalah yang dihadapinya, guru pembimbing dapat memilih cara-cara sebagai berikut :
1. Forcing Comformity / “memaksa” siswa untuk kompromi. Hal ini dilakukan apabila siswa dihadapkan pada satu hal yang di alaminya akan tetapi tidak ia inginkan.
2. Changing Attitude / mengubah sikap, meliputi cara berfikir, berasa dan bertindak. Jika sikap yang ditampilkan siswa menjadi penyebab timbulnya masalah yang ia alami maka sikap tersebut harus dirubah.
3. Learning the Needed skills / Belajar ketrampilan yang dibutuhkan. Siswa yang tidak memiliki keterampilan akan banyak mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkannya.
4. Changing Environment / Mengubah lingkungan. Lingkungan yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan akan menimbulkan masalah.
5. Selecting the Appropriate Environment / Memilih lingkungan yang tepat. Dalam keadaan tertentu pemilihan lingkungan yang tepat akan dapat membantu perubahan sikap dan perilaku yang diinginkan.

D. Teknik Konseling / Pemecahan Masalah
Dalam melaksnakan tahap pemecahan masalah guru pembimbing dapat melakukan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Pengokohan hubungan baik / Establising rapport
Dengan menciptakan suasana yang hangat, bersikap ramah, dan akrab serta menghilangkan situasi yang bersifat mengancam.
2. Memperbaiki pemahaman diri / Cultifating Self-Understanding
Membantu siswa memahami dirinya meliputi kekurangan dan kelebihannya dan membantu mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan kelebihannnya.
3. Menasihati atau merencanakan program tindakan / Advising or planning program of action. Guru pembimbing dapat melakukan beberapa alternatif, seperti :
• Nasehat langsung
Hal ini dilakukan apabila siswa tetap berpegang teguh pada pendirianya/pilihan kegiatan yang diyakini oleh guru pembimbing, bahwa keteguhan siswa akan membawa kegagalan.
• Metode persuasif
Menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Guru pembimbing menata evidensi secara logis dan beralasan, sehingga siswa dapat melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukan.
• Meode penjelasan
Guru pembimbing secara berhati-hati menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi siswa, karena penjelasan data diagnostik merupakan pemikiran yang hati-hati dan mendetail tentang implikasi data individu.

• Melaksanakan rencana
Membantu menetapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.
4. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah / Carrying-out the plan. Program tindakan yang dibuat sesuai rencana dan telah disertai dengan dengan pengujian kelebihan dan kekurangannya, kemudian diikuti dengan pengambilan keputusan siswa.
5. Alih tangan kasus / Referall
Mengirimkan siswa kepada pihak yang lebih berkompeten dan berwenang jika guru pembimbing tidak dapat membantu menyelesaiakan masalah yang dihadapi siswanya.

E. Proses/Kegiatan Konseling Menggunakan pendekatan TF
Ada 6 (enam) tahap yang harus dilalui dalam konseling pendekatan TF, yaitu :
1. Analisis
Mengumpulkan data tentang diri siswa, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan anekdot, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi.

2. Sintesis
Merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang dipeoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan siswa.
3. Diagnosis
Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran pribadi siswa yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
• Identiffikasi masalah
Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
• Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal)
Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
• Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)

4. Prognosis
Upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.

5. Konseling (Treatment)
• Pengembangan alternatif masalah
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa strategi
• Pengujian alternatif pemecahan masalah
Dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan, sehingga perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan penghambat.
• Pengambilan keputusan
Keputusan diambil berdasarkan syarat, kegunaaan, dan fleksibilitas yang dipilih klien
6. Follow Up
• Hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
• Tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.

F. Stategi Konseling
Tahap Awal (Definisi Masalah)
 Attending
 Mendengarkan
 Empati
 Refleksi
 Eksplorasi
 Bertanya
 Menangkap pesan
 Memberikan dorongan

Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
 Menyimpulkan masalah
 Memimpin
 Memfokuskan
 Konfrontasi
 Menjernihkan
 Memudahkan
 Mengarahkan
 Dorongan minimal
 Diam
 Mengambil inisiatif
 Memberikan nasehat
 Memberikan informasi
 Menafsirkan

Tahap Akhir (Action)
 Menyimpulkan
 Merencanakan
 Menilai
 Mengakhiri konseling

KESIMPULAN

Model-model Bimbingan Karir

Model-model Bimbingan Karir

Oleh Didi Tarsidi
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Dirangkum dan disadur dari:
Zunker, Vernon G. (1986).
Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. Second Edition.
Chapter 12: Models for Career Guidance
Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company

Dalam bab ini dikaji beberapa program konseling karir dan komponen-komponen program tersebut. Program-program ini telah dipilih untuk mewakili contoh model-model prosedur konseling karir yang inovatif yang kini banyak dipergunakan di sekolah menengah, lembaga pendidikan keterampilan, dan di sejumlah perguruan tinggi pada program S1. Terdapat tujuh model program yang akan dibahas, yaitu (1) module model, (2) effective problem-solving model, (3) paraprofessional model, (4) metroplex model, (5) decision-making model, (6) replicable model, dan (7) experience model.

Module model menekankan pendekatan instruksional terhadap strategi konseling karir. Effective problem-solving model mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dalam perencanaan karir dan pendidikan. Paraprofessional model memberikan contoh pemilihan dan penggunaan paraprofesional dalam program konseling karir. Metroplex model mempertimbangkan berbagai macam pelayanan yang terkait dengan karir untuk mahasiswa, alumni, dan orang dewasa di daerah metropolitan. Decision-making model memberikan contoh sistem pembuatan keputusan. Replicable model memberikan cara untuk mengevaluasi prosedur dan program konseling karir. Experience model adalah contoh program extern yang memberikan pengalaman kerja kepada para mahasiswa.

Module Model

Model modul ini dikembangkan oleh Curricular Career Information Service (CCIS), Florida State University. Program ini menekankan pendekatan instruksional terhadap layanan perencanaan karir. CCIS berorientasi self-help, menggunakan model instruksional, dan berbasis multimedia. Program dilaksanakan dengan menggunakan tenaga paraprofesional. Modul pembelajaran ini dirumuskan untuk mencapai tujuan behavioral tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang terstruktur. Program ini terdiri dari 12 modul dengan isi sebagai berikut.
- Model I berisi penjelasan tentang tujuan CCIS. Modul ini diawali dengan presentasi slide 10 menit tentang garis-garis besar tujuan CCIS.
- Modul II berisi tinjauan umum tentang variabel-variabel yang dipandang penting dalam perencanaan karir. Modul dilengkapi dengan slide dan materi pilihan.
- Modul III berisi self-assessment, yang dilakukan sendiri dan hasilnya ditafsirkan sendiri, tentang inventarisasi minat, menggunakan instrumen Self-Directed Search dari Holland, 1977.
- Modul IV terdiri dari presentasi slide tentang sumber-sumber informasi karir.
-
- Modul V dimaksudkan untuk membantu mahasiswa mengenal karir-karir yang terkait dengan kajian akademik utama yang ditempuhnya.
- Modul VI sampai XII mencakup harapan kerja, perencanaan waktu senggang, perencanan karir untuk orang kulit hitam, pembuatan keputusan karir untuk perempuan dewasa dan penyandang cacat, dan eksplorasi minat karir melalui keterampilan kerja dan okupasional.

Modul tambahan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi. Segera setelah kebutuhan akan program yang baru teridentifikasi, seperti bantuan karir untuk kelompok minoritas, modul instruksional dapat dikembangkan menggunakan materi dan contoh yang sudah ada.

CCIS merupakan sebuah sistem yang tidak mahal untuk layanan karir. Penggunaan tenaga paraprofesional direkomendasikan untuk supervisi on-line dan berbagai lokasi outreach. Jumlah staf yang dibutuhkan untuk pengembangan modul dan evaluasi relatif kecil. Modul instruksional yang dikembangkan untuk CCIS mempunyai desain yang fleksibel dan dapat dikonversikan ke dalam sistem informasi karir berbasis komputer.

Sistem Perpustakaan untuk CCIS
Perpustakaan CCIS membagi materi ke dalam dua jenis: informasi tentang perencanaan karir, dan informasi tentang okupasi. Informasi tentang perencanaan karir diklasifikasikan berdasarkan Dewey Decimal Classification (DDC), sedangkan semua informasi yang terkait dengan okupasi diklasifikasikan berdasarkan Dictionary of Occupational Titles (DOT).


Effective Problem Solving (EPS) Model

Model EPS merupakan sebuah program pembelajaran karir yang self-directed yang dikembangkan di University of Maryland. Kegiatan belajar ini mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dan mengaplikasikan teknik tersebut pada perencanaan pendidikan dan vokasional. Program ini sangat terstruktur dan menuntut individu untuk mengikuti prosedurnya langkah demi langkah guna mendapatkan arah vokasional dan pendidikannya. Model problem-solving ini mencerminkan pertukaran informasi yang sering terjadi antara klien dan konselor dalam konseling karir. Langkah pertama menuntut klien mengemukakan three okupasi yang dirasakannya paling cocok dengan kualifikasi yang dimilikinya, berdasarkan estimasi dirinya sendiri. Klien juga dituntut untuk mengindikasikan tingkat dan jenis pendidikan yang diharapkan dan mengemukakan bidang studi yang terkait dengan okupasi tersebut. Selanjutnya, "self-directed learning program" itu digariskan sebagai berikut:

1. Klien belajar langkah-langkah dalam problem solving dan kemudian mengaplikasikan proses pemecahan masalah itu pada perencanaan vokasional dan pendidikannya.
2. Sebagian besar program ini dalam bentuk tertulis. Keberhasilan Klien tergantung pada kesungguhan dan ketelitian respon tertulis klien itu. Banyak pertanyaan yang diajukan dan klien dituntut untuk berusaha keras guna sampai pada jawaban yang diharapkan. Menemukan jawaban tersebut serta menuliskannya merupakan cara konkret untuk melibatkan klien dalam pemecahan masalah.
3. Klien harus berhati-hati agar tidak sampai pada jawaban secara cepat tetapi kabur dan superfisial.
4. Materi disusun secara berurutan dan harus dikerjakan secara berurutan pula agar memiliki nilai bagi klien.
5. Klien mungkin mendapati bahwa terdapat sesuatu yang penting tidak tercantum di dalam perencanaan dan klien dapat menambahkannya.
6. Peranan konselor dalam proses ini adalah membantu dengan:
a) Menyediakan materi yang dirancang untuk menstimulasi pemikiran dan perencanaan klien;
b) Mengklarifikasi hal-hal yang tidak dimengerti oleh klien;
c) Bertindak sebagai konsultan dan katalisator untuk usaha pemecahan masalah klien.
7. Selanjutnya klien dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang efektif.

Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah.
2. Mengumpulkan informasi yang relevan.
3. Menimbang evidensi yang terkumpul.
4. Memilih alternatif perencanaan atau tujuan.
5. Mengambil tindakan berdasarkan rencana.
6. Mengkaji ulang rencana secara periodik.

Setelah merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif secara tertulis, klien mulai dengan proses yang sesungguhnya. Langkah-langkah dalam proses tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

Langkah 1. Klien menginventarisasi waktu belajar dan efisiensinya. Kegiatan ini menuntut evaluasi terhadap teknik belajar dan penggunaan waktu.
Langkah 2. Klien menginventarisasi kemampuan dan prestasinya. Kegiatan ini menuntut klien untuk mengevaluasi skor ACT-nya berdasarkan norma-norma lokal, membuat daftar nilai rata-rata untuk setiap semester perkuliahannya, memberikan informasi tentang prestasinya di SMA, dan hasil evaluasi perkuliahannya.
Langkah 3. Klien menginventarisasi berbagai pengalaman kerjanya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi pekerjaan yang pernah dialaminya dari sudut pandang jenis pekerjaan yang paling disukainya dan yang paling tidak disukainya serta pengalaman belajar dari berbagai pekerjaan yang pernah dijabatnya.
Langkah 4. Klien menginventarisasi berbagai pengalaman kegiatan waktu senggangnya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi relevansi antara kegiatan waktu senggangnya dengan perencanaan karirnya. Klien mendaftar berbagai kegiatannya dan menelaah pengalaman belajar yang terkait dengan masing-masing kegiatan itu.
Langkah 5. Klien menginventarisasi minat-minatnya. Di sini klien mendaftar berbagai hal yang diminatinya dan membandingkannya dengan minat-minat yang terukur.
Langkah 6. Klien menginventarisasi berbagai pendapat orang lain. Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi pendapat orang-orang tertentu yang signifikan (orang tua, saudara, guru, teman) sehubungan dengan pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan karirnya.
Langkah 7. Okupasi untuk Diinvestigasi. Pada langkah ini, klien mendaftar hingga sepuluh okupasi untuk dievaluasi, terutama okupasi yang tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tinggi.
Langkah 8. Overview. Di sini klien diminta meninjau ulang informasi yang sudah dikumpulkannya.
Langkah 9. Rangkuman dan Evaluasi. Langkah ini menuntut dilakukannya evaluasi komprehensif terhadap masing-masing okupasi yang dipilih melalui serangkaian pertanyaan terstruktur tentang topik-topik seperti kualifikasi pendidikan atau pelatihan untuk masing-masing okupasi, evaluasi diri sehubungan dengan okupasi, dan kajian tentang prestasi akademik serta kemampuan yang terukur yang terkait dengan okupasi yang akan dipilih.
Langkah 10. Pilihan Rencana dan Tindak Lanjutnya. Di sini klien harus menjawab sejumlah pertanyaan sehubungan dengan rencana yang telah dirumuskannya untuk karir yang dipilihnya. Klien mengevaluasi perencanaannya berdasarkan lembar evaluasi yang dipersiapkan pada langkah 9. Klien harus membuat rencana yang realistik berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Langkah 11. Evaluasi personal tentang proses pemecahan masalah. Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi program EPS.


Paraprofessional Model

Pada tahun 1976, Career Development Resource Center (CDRC) didirikan di Southwest Texas State University. Staf pusat sumber pengembangan karir ini terdiri dari paraprofesional terlatih yang terdiri dari mahasiswa S1 dan S2. CDRC ini buka setiap hari untuk konseling karir atau bimbingan akademik. Pusat ini diawasi oleh konselor profesional dari pusat konseling universitas.

Konseling karir diberikan melalui program penelusuran karir CDRC yang terdiri dari enam tahapan yaitu:
- Orientasi
- Asesmen
- Interpretasi
- Penelusuran mandiri (solo search)
- Kajian opsi penelusuran (review solo option) dan
- Tindak lanjut.

Sesi orientasi dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok, tergantung pada tuntutan konseling dan kapan mahasiswa memasuki program ini. Pada tahap asesmen, mahasiswa mengisi lembar inventarisasi yang dipergunakan dalam tahapan penelusuran karir. Pada tahap interpretasi, paraprofesional mendorong setiap mahasiswa untuk mengaitkan pilihan karir dan orientasi gaya hidup dengan harapan-harapan masa depannya. Ini dilaksanakan dengan mengunakan inventarisasi minat (interest inventory) dan Dimensions of Life-style Orientation Survey (DLOS). Sebagian besar mahasiswa didorong untuk melewatkan sekurang-kurangnya tiga jam di perpustakaan karir, untuk mengkaji sekurang-kurangnya tiga alternatif karir menggunakan pedoman penelusuran tertulis yang disebut “solo-option form”. Sesi kajian opsi mandiri )solo-option review) adalah untuk menentukan rencana aksi yang berakhir dengan pemilihan karir atau melihat kegiatan alternatif untuk melanjutkan penelusuran karir. Sesi tindak lanjut biasanya dilakukan melalui surat. Pada selang waktu tertentu selama semester berjalan, paraprofesional mengkaji para mahasiswa yang aktif dan secara sistematik mengirimkan surat kepada mereka untuk mengingatkan jadwal konseling berikutnya. Seorang mahasiswa dapat mengakhiri program ini dengan mengindikasikan pilihan karirnya atau kembali ke perpustakaan karir atau pusat sumber lain untuk mendapatkan informasi tambahan. Para mahasiswa yang belum menentukan pilihan akan diundang ke CDRC lagi untuk mengikuti bimbingan akademik pada semester berikutnya. Dalam bimbingan ini, para mahasiswa itu didorong untuk berpartisipasi dalam program penelusuran karir. Kali ini penekanannya adalah pada pemilihan mata kuliah.

Secara rinci, keenam tahapan dalam program penelusuran karir itu adalah sebagai berikut.

Orientasi:
1. Reviu program penelusuran.
2. Reviu tujuan CDRC.
3. Reviu peran paraprofesional.
4. Reviu sumber kepustakaan karir di CDRC.
5. Reviu materi dan instrumen asesmen di CDRC.
6. Reviu tahapan kegiatan dalam program penelusuran karir.
7. Mencari tahu alasan mengapa mahasiswa datang ke CDRC.
8. Mencari tahu tentang ekspektasi mahasiswa terhadap CDRC.
9. Mendorong mahasiswa mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam CDRC.
10. Mengisi kartu komitmen.
11. Menentukan waktu yang tepat untuk tahapan berikutnya.

Asesmen
1. Mengisi lembar inventarisasi minat.
2. Mengisi survey dimensi orientasi gaya hidup.
3. Menetapkan tanggal untuk interpretasi.

Interpretasi
1. Merangkum hasil inventarisasi minat.
2. Mendiskusikan estimasi kemampuan diri.
3. Mendiskusikan hubungan antara gaya hidup dengan pilihan karir.
4. Mengklarifikasi nilai-nilai yang dianut mahasiswa.
5. Mahasiswa mempertimbangkan ekspektasi masa depannya.
6. Menentukan karir yang akan dikaji.
7. Menjelaskan tujuan formulir opsi mandiri (solo-option form).

Penelusuran Mandiri (Solo search)
1. Reviu sistem klasifikasi karir.
2. Mendemonstrasikan penggunaan sistem kode warna.
3. Menunjukkan lokasi berbagai materi yang terkait dengan karir.
4. Mendorong penggunaan opsi mandiri.
5. Menetapkan jadwal untuk reviu karir.
6. Menetapkan janjian selanjutnya.

Reviu Opsi Mandiri (Solo option)
1. Reviu masing-masing opsi mandiri.
2. Menetapkan rencana aksi.
3. Sumber-sumber alternatif: (a) ketua jurusan, (b) sumber-sumber lain di kampus, (c) sumber-sumber masyarakat, (d) reviu karir lanjut.

Tindak Lanjut
Memberitahukan janjian kepada mahasiswa melalui surat.
Reviu rencana aksi.
Melanjutkan penelusuran karir.

Pengorganisasian Materi
Materi karir CDRC dikelompokkan menjadi tiga bagian: pendidikan, karir, dan informasi tentang pencarian kerja. Kode warna dipergunakan untuk mengidentifikasi referensi yang spesifik. Misalnya, semua materi karir yang diklasifikasikan sebagai materi investigatif diberi kode warna kuning –coklat, informasi pemerintah diberi kode warna hijau-hitam, dsb. Di samping itu, judul-judul okupasi disusun dalam indeks kartu berdasarkan abjad dan diberi kode warna berdasarkan Holland’s Occupational Classification (HOC).

Pemilihan Paraprofesional
Paraprofesional dipilih dari kalangan mahasiswa dengan kriteria sebagai berikut.
No.
Kriteria
Preferensi
1.
Skor kumulatif ACT dan /atau CEEB-SAT pada jenjang S1
Setengah deviasi standar di atas mean

Skor GRE-SAT pada jenjang S2
Skor kombinasi minimum 1000
2.
Bidang studi utama
Konseling, bimbingan, psikologi
3.
Nilai rata-rata
Rata-rata B untuk nilai SMA dan perguruan tinggi
4.
Rekomendasi staf atau dosen
Evaluasi positif, terutama untuk keterampilan komunikasi
5.
Pengalaman kerja
Pernah bekerja yang berhubungan dengan orang
6.
Wawancara
Evaluasi positif untuk keterampilan komunikasi

Para mahasiswa yang memenuhi kriteria tersebut mendapat pelatihan selama 55 jam sebelum ditempatkan sebagai paraprofesional di pusat konseling karir ini.


Metroplex Model: Konseling Karir di Universitas Besar

Sebuah universitas besar yang berlokasi di daerah metropolitan mungkin mempunyai tanggung jawab tambahan berupa pemenuhan kebutuhan alumni yang jumlahnya banyak di samping harus melayani sejumlah besar mahasiswanya yang berasal dari berbagai macam program studi. Berikut ini adalah contoh kompleksnya program yang dibutuhkan di pusat konseling karir seperti ini:
(1) individu (orang dewasa muda hingga orang setengah umur) yang mengantisipasi perubahan arah karir,
(2) individu yang menghendaki relokasi dalam bidang karirnya,
(3) individu yang menginginkan mobilitas dalam bidang karirnya melalui pendidikan lanjut,
(4) individu yang mencari informasi mengenai tren pasar kerja dalam bidang tertentu,
(5) individu yang ingin membuat perencanaan untuk melanjutkan kembali studinya, dan
(6) individu yang mencari karir kedua setelah pensiun dini dari karir pertama.

Di samping itu, banyak orang dewasa yang tinggal di daerah metropolitan akan meminta bantuan untuk perencanaan pendidikan karirnya sebelum masuk universitas.

Satu contoh model metroplex adalah The UCLA Placement and Career-Planning Center. Pusat ini menawarkan perencanaan karir dan layanan penempatan kerja kepada para mahasiswa dan alumni dari semua kampus University of California. Secara operasional, pusat ini terbagi ke dalam beberapa unit yaitu:
(1) unit pengembangan karir,
(2) unit informasi kerja bagi mahasiswa,
(3) program wawancara kampus, dan
(4) tiga unit khusus yang memgurus kebutuhan mahasiswa dalam bidang pendidikan, manajemen, dan teknik. Ketiga unit khusus ini menawarkan program tambahan untuk mengakomodasi prosedur penempatan dalam masing-masing bidang tersebut.

Unit pengembangan karir memberikan konseling karir kepada mahasiswa dan alumni. Inventarisasi minat, survey nilai-nilai, tes kepribadian, latihan-latihan khusus, dan instrumen-instrumen lain dipergunakan untuk membantu individu dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah. Tiga program khusus dirancang untuk memberikan bimbingan karir kepada mahasiswa dari kelompok minoritas, mahasiswa penyandang cacat, dan mahasiswa asing. Beberapa seminar eksplorasi karir diselenggarakan setiap kuartal yang memberikan konseling kelompok yang intensif dan mendalam mengenai topik-topik seperti pembuatan keputusan karir dan pemecahan masalah, hubungan hidup/kerja, sumber-sumber informasi karir, pemilihan program pasca-sarjana, dan karir alternatif untuk para pendidik.

Sebuah seminar kelompok khusus yang berjudul "Career Discussion Group for Freshmen and Sophomores" dirancang untuk membantu mahasiswa tahun pertama dan kedua dalam memahami hubungan antara pendidikan akademik dan pendidikan karir. Program ini mengajarkan langkah-langkah mempersiapkan karir sementara masih kuliah guna:
(1) lebih memahami hubungan antara pendidikan tinggi dan karir,
(2) memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam proses perencanaan karir,
(3) meningkatkan kesadaran tentang sumber-sumber yang tersedia di kampus yang dapat membantu pengembangan keterampilan khusus, dan
(4) memperkenalkan layanan perencanaan karir yang tersedia di pusat ini.

Terdapat dua diskusi kelompok yang masing-masing berlangsung selama dua jam. Dalam pertemuan pertama, mahasiswa diminta memilih di antara sejumlah topik mengenai bidang kajian utama dalam perkuliahannya dan persyaratan karir terkait, dan dilanjutkan dengan diskusi terbuka. Fokus sesi pertama ini adalah pada tanggung jawab individu dalam perencanaan karir. Para peserta diberi tugas untuk mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima mata kuliah dan lima kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantunya dalam penelusuran karir.

Pada sesi kedua, diskusi dipusatkan pada hasil pengerjaan tugas di atas, teknik perumusan tujuan, dan mengidentifikasi bantuan dan layanan perencanaan karir yang ditawarkan oleh kantor-kantor penempatan dan perencanaan karir. Fokus utama diskusi ini adalah untuk menunjukkan kesempatan karir apa yang dapat ditemukan dalam program pendidikan tinggi tradisional.

Sejumlah layanan tersedia untuk mahasiswa dan alumni yang sudah terlibat dalam proses penelusuran kerja. Layanan ini menyediakan daftar pekerjaan yang tersedia dari lembaga-lembaga lokal, nasional maupun internasional. Seminar tentang strategi penelusuran kerja ditawarkan setiap dua minggu sekali oleh staf konseling karir. Bantuan pembuatan resume ditawarkan secara individual atau melalui lokakarya terjadwal. Pelatihan keterampilan wawancara ditawarkan secara individual maupun kelompok menggunakan videotape untuk umpan balik kritis. Sebuah program unik yang berjudul "Job Club" adalah sebuah peer support group bagi individu yang terlibat dalam penelusuran kerja yang serupa. Para angota kelompok tersebut dituntut menyelesaikan tugas-tugas tertentu setiap minggu, seperti mengadakan kontak pribadi, menulis surat, mencari informasi. Para anggota mendiskusikan pengalamannya dalam pertemuan kelompok dan mendapatkan reinforcement untuk kegiatannya.

CDRC dilengkapi dengan perpustakaan karir yang diawasi oleh seorang pustakawan okupasional. Materi di perpustakaan tersebut mencakup kategori-kategori berikut:
(1) informasi umum tentang karir;
(2) direktori profesional;
(3) direktori kependidikan dan katalog pendidikan tinggi;
(4) direktori penyedia kerja (employer directories);
(5) informasi tentang pekerjaan bagi kaum minoritas, perempuan, penyandang cacat, orang asing, dsb.;
(6) bentuk-bentuk pekerjaan alternatif atau nontradisional; dan
(7) koran, majalah dan periodikal lainnya.


Pusat penempatan dan perencanaan karir ini juga menawarkan program outreach dalam berbagai macam bidang. Misalnya, dalam kaitannya dengan asosiasi alumni dan berbagai jurusan akademik, pusat ini menawarkan panel karir spesifik dalam bidang-bidang karir pada spektrum yang luas seperti kesehatan mental, perbankan dan investasi, perfilman, advertising, dan marketing dan sales.

Decision-Making Model

Perolehan keterampilan membuat keputusan merupakan tujuan yang sangat vital dari konseling karir. Pembuatan keputusan berbeda dengan pemecahan masalah. Pembuatan keputusan merupakan alat untuk menemukan suatu solusi yang memuaskan berdasarkan satu jenis variabel tertentu, sedangkan dalam pemecahan masalah tidak ada patokan benar/salah yang jelas.
Dalam pembuatan keputusan, individu harus menerapkan nilai-nilai yang dianutnya, minatnya, aptitude-nya, dan kualitas-kualitas lain yang terkait khusus dengan suatu keputusan yang dibuat. Jadi, pembuatan keputusan adalah sebuah keterampilan yang dipelajari yang harus mengarah pada solusi yang lebih memuaskan menurut nilai-nilai pribadi seseorang.

Krumboltz dan Sorenson (1974) telah merancang sebuah sistem pembuatan keputusan untuk siswa SMA. Aplikasinya tidak hanya pada pembuatan keputusan yang sedang berlangsung tetapi juga pada pembuatan keputusan yang akan dihadapi individu sepanjang kehidupannya. Terdapat delapan langkah dalam proses pembuatan keputusan yang dapat diajarkan secara kelompok maupun individual. Diskusi kelompok tampaknya memiliki beberapa keuntungan karena setting kelompok memberikan kesempatan untuk reinforcement dari teman sebaya. Oleh karena itu, kedelapan langkah tersebut dideskripsikan untuk konseling kelompok. Berdasarkan deskripsi tersebut, dirumuskanlah model untuk pembuatan keputusan dan tujuan khususnya serta tugas-tugas yang tepat untuk masing-masing langkah itu.
Langkah pertama menuntut individu untuk menyatakan alasan atau masalah yang telah memotivasinya mengikuti konseling karir. Dengan individu menyatakan masalah pribadinya sendiri, tujuan individu dapat dirumuskan secara lebih mudah dalam kelompok. Oleh karena itu, langkah pertama adalah untuk merumuskan tujuan individual bagi setiap anggota kelompok. Tujuan tersebut harus dirumuskan secara behavioral agar kemajuanya dapat dievaluasi secara lebih efektif.

Langkah kedua adalah membuat komitmen waktu. Konselor harus memastikan bahwa setiap individu membuat komitmen tentang waktu yang diperlukanya untuk mencapai tujuan individual yang telah ditetapkannya. Waktu yang ditetapkan itu harus realistis dan harus benar-benar dipatuhi.

Langkah ketiga adalah mengarahkan kegiatan. Tujuan langkah ini adalah untuk mempersempit alternatif dalam penelusuran karir. Siswa diharuskan menyelesaikan tugas-tugas individual (seperti mengerjakan tes minat, mereviu film, dan mempelajari literatur tentang okupasi). Presentasi individual dalam kelompok mungkin diperlukan untuk memberi penguatan terhadap pembuatan keputusan ini.

Langkah keempat adalah mengumpulkan informasi. Pertemuan kelompok diadakan untuk berbagi cerita tentang kegiatan yang telah diselesaikan pada langkah sebelumnya. Interaksi kelompok teman sebaya akan cenderung memberikan reinforcement kepada para siswa dalam eksplorasi karir lebih jauh. Konselor harus siap untuk memberikan saran-saran tentang sumber-sumber informasi yang spesifik untuk setiap individu. Diskusi kelompok sebaiknya mencakup hakikat pengelompokan karir, informasi pasar kerja, kesempatan untuk mengembangkan diri, rekan sekerja, waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan diri untuk okupasi tertentu, skala gaji, dan informasi lain semacamnya untuk masing-masing karir yang sedang dipertimbangkan. Fase pengumpulan informasi ini juga dapat mencakup kunjungan ke tempat kerja di masyarakat. Bila kunjungan ke tempat kerja itu tidak memungkinkan, konselor dapat menggunakan “the job-experience kit” (Krumboltz, 1980), yang berisi latihan-latihan untuk mensimulasi pengalaman kerja yang sesunguhnya.
Langkah kelima adalah berbagi informasi dan memperkirakan konsekuensi yang mungkin dihadapi. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu siswa memprediksi keberhasilan berdasarkan informasi yang terkumpul. Konselor dapat menyediakan “local expectancy tables” untuk memprediksi keberhasilan di perguruan tinggi tertentu. The Career Data Book (Flanagan, Tiedeman, Willis, & McLaughlin, 1973) direkomendasikan untuk infomasi tentang banyak okupasi, yang dapat digunakan oleh siswa untuk mengevaluasi peluang keberhasilannya.

Langkah keenam adalah untuk evaluasi ulang, dan biasanya dilaksanakan dalam diskusi kelompok. Para siswa berbagi kemungkinan keberhasilan dalam jenis okupasi tertentu yang telah mereka eksplorasi pada langkah-langkah sebelumnya. Tujuan langkah ini adalah untuk memberikan stimulus untuk memperkuat pengambilan keputusan tentang karir yang telah dipilih atau untuk mengubah arah dan kembali ke langkah-langkah terdahulu. Presentasi individual mungkin diperlukan, terutama bagi mereka yang akan kembali ke langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ketujuh adalah untuk mengambil keputusan tentatif. Di sini tujuannya adalah agar siswa mempersempit pilihannya dan mencoret kemungkinan yang paling tidak diinginkan yang telah dipertimbangkannya hingga tahap ini. Proses pencoretan tersebut mungkin memerlukan pertimbangan teman sekelompok dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan itu bersama-sama atau, bagi individu tertentu, untuk mengeksplorasi pekerjaan-pekerjaan lain yang belum dipertimbangkan. Para siswa itu sebaiknya didorong untuk mengingat-ingat berbagai keterampilan yang sudah mereka pelajari hingga saat ini atau mempertimbangkan alternatif lain.

Langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan karir ini disebut “recede” (surut). Setiap anggota kelompok didorong untuk memandang pembuatan keputusan karir sebagai proses yang berlangsung terus yang dapat digunakan dalam berbagai situasi lain. Idealnya, kelompok ini sebaiknya mengakui bahwa meskipun pembuatan keputusan itu harus sistematik, membawa individu pada umumnya menuju solusi yang memuaskan, ini juga merupakan proses yang senantiasa berulang setiap kali orang menyerap informasi baru, mengkristalkan ekspektasi karir, dan belajar tentang lebih banyak nilai-nilai pribadi yang terkait dengan dunia kerja.

Replicable Model

Prosedur konseling yang dapat direplika (yang memungkinkan orang lain menerapkan prosedur yang sama) dirancang sebagai satu cara mengevaluasi keefektifan berbagai prosedur konseling, termasuk program konseling karir. Evaluasi replicable counseling procedure dilaksanakan dengan mengukur hasil konseling dan perilaku konseling bila prosedur konseling yang sama dipergunakan terhadap berbagai kelompok individu dengan tujuan yang sama. Artinya, studi itu dilaksanakan terhadap individu yang berbeda, menggunakan prosedur konseling yang dirancang secara teliti langkah demi langkah (dengan tindakan dan perkataan yang sama) dalam lingkungan yang serupa. Baik komponen prosedur konseling mnaupun hasil masing-masing komponen (berupa perilaku konseli) harus ditentukan secara spesifik.

Meskipun replicable procedures terutama efektif sebagai cara untuk melakukan evaluasi internal terhadap hasil perilaku klien dan kinerja konselor, tetapi prosedur ini juga mempunyai keuntungan tambahan yaitu:
- memberi kesempatan bagi konselor untuk memperkaya jumlah prosedur yang terbukti efektif untuk masalah yang spesifik.
- Dapat dipergunakan sebagai evaluasi formatif pada saat mengembangkan suatu prosedur.
- Dapat mengarahkan perhatian terhadap variabel-variabel tertentu (seperti tindakan klien, interaksi kelompok, dan perilaku, sikap atau tindakan konselor) yang paling berpengaruh terhadap perubahan pada diri klien.
Idealnya, hasil yang sesungguhnya dari variabel prosedur atau perlakuan konseling diukur terhadap tujuan spesifik untuk masing-masing fase konseling dan perilaku konseling.

Replicable counseling tidak menuntut dilakukannya duplikasi prosedur konseling secara persis. Demikian pula, konseling untuk kelompok individu yang berbeda tidak harus diberikan dengan cara yang persis sama. Melainkan, komponen-komponen konseling dapat diidentifikasi sebagai kategori-kategori tindakan, bukan sebagai tindakan-tindakan tertentu. Misalnya, usaha klien harus diberi reinforcement, tetapi cara memberikan reinforcement-nya dapat bervariasi sesuai dengan tindakan klien masing-masing. Isi spesifik dari respon konselor tidak dapat diidentifikasi karena ditentukan oleh tindakan dan respon klien secara individual.

Salah satu bentuk replicable model adalah Translation Career-Counseling Procedure. Model ini didasarkan atas kerangka teori Super bahwa pilihan karir merupakan implementasi dari self-concept. Program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan perencanaan karir dan pemecahan masalah dalam menentukan tujuan dan keputusan karir. Prosedur konseling ini dilaksanakan dalam lima sesi, masing-masing sesi berlangsung selama sekitar 100 menit, terhadap kelompok tiga hingga tujuh klien, dan dapat juga dilaksanakan secara individual.

Komponen-komponen translation procedure adalah sebagai berikut:
I.
1. Mengeksplorasi potensi karir individu
2. Membuat rencana karir
3. Mengidentifikasi kualitas individu yang relevan dengan pekerjaan
II.
Mempromosikan sistem mempelajari okupasi
III.
Memastikan ketepatan pengukuran (rating) setiap klien
IV.
Menelaah perbedaan antara self-ratings dan occupational ratings guna menentukan rencana aksi
V.
1. Mengkaji kemajuan dalam pelaksanaan rencana
2. Memberikan strategi untuk mengimplementasikan rencana

Respon konselor juga dapat dikategorikan. Healy (1974) telah mengidentifikasi enam kategori respon sebagai berikut:
(1) menjelaskan tentang informasi program,
(2) melibatkan klien,
(3) diagnosis atau evaluasi,
(4) reinforcement,
(5) memberi advis, dan
(6) pemecahan masalah.

Masing-masing kategori respon mungkin terkait dengan tindakan yang berbeda, tergantung pada kepribadian klien dan kemajuannya dalam situasi konseling tertentu. Klasifikasi respon konselor penting dalam memberikan suatu kerangka untuk memonitor perilaku konselor – suatu bagian yang sangat esensial dari replicable counseling.


Experience Model

Model ini disebut juga Extern Program. Program ini memberikan pengalaman kerja nyata kepada para mahasiswa. Dalam program ini, mahasiswa ditempatkan di perusahaan atau lembaga selama waktu tertentu, misalnya selama satu minggu. Tujuan program ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengamati kegiatan di tempat kerja yang terkait dengan bidang keilmuannya dan berinteraksi dengan para pegawai di tempat kerja tersebut. Penyelengaraan program ini disponsori bersama oleh ikatan alumni universitas, pusat kegiatan mahasiswa, kantor penempatan, dan pusat layanan konseling mahasiswa.

Mahasiswa diseleksi dan ditempatkan berdasarkan proposal yang diajukannya. Dalam proposal tersebut, mahasiswa harus menyatakan minat okupasionalnya, karir yang ditujunya setelah lulus, dan bagaimana program pengalaman kerja nyata ini dapat membantunya dalam memenuhi tujuan okupasionalnya. Pada dasarnya, biaya partisipasi dalam program ini ditanggung oleh mahasiswa sendiri, tetapi dalam kasus-kasus tertentu, perusahaan tempat pelaksanaan program ini mungkin menawarkan bantuan untuk sebagian pembiayaan itu.

Rangkuman

1. CCIS yang dikembangkan di Florida State University menggunakan pendekatan instruksional terhadap perencanaan karir. Model ini berorientasi self-help, menggunakan model pembelajaran, dan berbasis multimedia. Sejumlah modul telah dikembangkan untuk membantu klien melakukan penelusuran karir yang bertahap. Beberapa modul khusus dikembangkan untuk membantu kelompok-kelompok khusus seperti kelompok minoritas dan mahasiswa tunanetra. Keberagaman kegiatan belajar yang diberikan melalui satu seri modul perencanaan karir memungkinkan individu memperoleh lebih banyak opsi dan merupakan cara yang efektif untuk memilih sebuah “pintu masuk”.
2. Model EPS yang dikembangkan di University of Maryland dirancang untuk mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dan mengaplikasikannya pada perencanaan pendidikan dan karir. Program ini sangat terstruktur, menuntut individu mengerjakan serentetan latihan secara berurutan. Model ini menggunakan pendekatan individual.
3. Paraprofesional mahasiswa digunakan untuk memberi konseling kepada mahasiswa lain di Career Development Resource Center di Southwest Texas State University. Paraprofesional mahasiswa ini diseleksi secara ketat dan diberi pelatihan yang ekstensif untuk melaksanakan program konseling karir yang sangat terstruktur.
4. Metroplex model adalah model konseling karir untuk universitas besar di daerah metropolitan. Pusat layanan konseling dengan model ini dibagi ke dalam beberapa unit untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa maupun alumni serta anggota masyarakat yang memerlukan bantuan perencanaan pendidikan dan karir.
5. Decision making merupakan sebuah keterampilan yang dipelajari, yang vital untuk program pendidikan. Pembuatan keputusan berbeda dengan pemecahan masalah. Pembuatan keputusan merupakan satu cara menemukan solusi yang memberi kepuasan dengan melakukan evaluasi terhadap berbagai opsi dan alternatif; tidak ada benar/salah yang jelas seperti dalam pemecahan masalah. Krumboltz dan Sorenson merancang sistem pembuatan keputusan yang terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) merumuskan tujuan individual, (2) membuat komitmen waktu, (3) menciptakan kegiatan, (4) mengumpulkan informasi, (5) mengestimasi konsekuensi, (6) reevaluasi, (7) mengambil keputusan tentatif, dan (8) melakukan daur ulang.
6. Replicable counseling procedure merupakan metode untuk mengevaluasi keefektifan hasil konseling dan perilaku konseling bila dilaksanakan pada individu-individu yang memiliki kesamaan tujuan. Prosedur replika ini memberikan kesempatan kepada konselor untuk memperoleh bukti empirik tentang keefektifan berbagai macam prosedur konseling untuk kelompok-kelompok tertentu.
7. Extern Program, yang merupakan satu bentuk program pengalaman nyata, dirancang untuk memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya kepada para mahasiswa. Para mahasiswa ditempatkan di perusahaan atau lembaga tertentu selama waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengamati kegiatan kerja yang sesungguhnya yang terkait dengan bidang keilmuan yang sedang dipelajarinya.

0 komentar:

Posting Komentar

JASA PEMBUATAN PTBK

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294 DETAIL HARGA KLIK DISINI

Popular BP BK Posts

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294
JASA PTBK