Model Makalah Pembelajaran Tematik
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
A. PEMBAHASAN
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/ topic pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004:6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.[1]
Pembelajaran tematik meruakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan merumuskan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan autentik. Pembelajaran tematik berorentasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.[2]
Secara sedarhana apa yang dimaksudkan dengan pembelajaran tematik adalah kegiatan siswa bagaimana seorang siswa secara individual atau secara kelompok dapat menemukan keilmuan yang holistic.[3]
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai uaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum. Disamping itu, pembelajaran tematik akan member peluang pembajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/ keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.[4]
b. Model Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2007), model pembelajaran terkait atau connected model adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan berikutnya, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lainnya, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain, atau hari berikutnya dalam satu bidang studi.
Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. (Sukayati, 2004: 6) Dengan demikian, Model terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintregrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Pengintegrasian ide- ide dipelajari tersebut terdapat dalam satu semester atau catur wulan dengan semester catur wulan berikutnya menjadi satu kesatuan yang utuh.[5]
Sehubungan dengan itu, model berbeda dengan teori, sebuah model biasanya tidak dipakai untuk menjelaskan proses yang rumit; model dipakai untuk menyerdahanakan proses dan menjadikannya lebih mudah dipahami. Model dipakai untuk menunjukkan bagaimana sesuatu itu seperti sesuatu yang lain. Tetapi, sebuah teori berusaha mendiskripsikan prooses yang mendasari fenomena yang kompleks. Teori penguatan misalnya, adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar itu terjadi. Namun berbeda dengan model, teori tidak berusaha untuk menunjukkan seperti apakah belajar itu.[6]
Adapun yang dimaksud model pembelajaran dalam pembelajaran Tematik ini merajuk pada pendapat Joyce dan Weil (1980: 1) adalah: “ A patters or plan, which can be used to shaped a curriculum or course to select instruction materials, and to guide a teacher’s actions yaitu sebuah pola atau rencananya, yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum atau kursus untuk memilih bahan ajar, dan untuk membimbing tindakan guru.[7]
c. Landasan Pembelajaran Tematik
1. Landasan Filosofis
Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian aktivitas yang di dapat dari pengalaman langsung dari lingkungannya yang natural.
Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan progresivisme bersandar pada filsafat naturalism dan pragmatisme. Disamping itu, pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan konstruktivisme dan humanisme.
Secara filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis, kerena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia yang berproses (becoming) secara evolusionis pula.
Pengetahuan anak didik adalah kumpulan kesan- kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman emperi yang particular dan seharusnya siap untuk digunakan.
2. Landasan psikologis
Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya.
Pembelajaran tematik dilakukan pada kelas awal ketika usia anak didik mencapai usia sekitar 6-9 tahun. Anak didik dalam rentangan usia ini demikian biasanya secara fisik berkembang sedemikian rupa dan sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah formal. Ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, seperti makan, minum, mandi berpakaian, dan sebagainya. Secara psikis mereka telah dianggap matang dalam membedakan satu benda dengan benda lainnya dan kemampuan bahasa sudah cukup untuk menterjemahkan isi pikirannya. Sedangkan secara emosional ia telah dapat mengontrol emosinya. Untuk perkembangan kecerdasannya ditunjukkan dengan kemampuannya mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatkan pembendaharaan katanya, senang berbicara dan sebagainya.[8]
3. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Tematik
Peserta didik sekolah dasar kelas awal yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang, kerena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), serta memahami hubungan antar konsep secara sedarhana, proses pembelajaran masih bergantung pada objek konkrit dan pengalaman langsung,[9]
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[10]
e. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki cirri cirri atau karakteristik sebagaimana di ungkapkan dalam www. Pppg tertulis or id. Sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pelajaran, 5) bersifat flexible, 6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat,dan kebutuhan siswa.[11]
Sehubung dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www.p3gmatis.ga.iddownload/ SD karakteristik pembelajaran terpadu/ tematik sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.[12]
f. Strategi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Tema menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah memusatkan siswa pada satu tema tertentu. Dengan strategi pembelajaran tematik ini, siswa akan lebih focus dan konsentrasi sehingga pemahaman terhadap suatu materi akan lebih mendalam. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif akan membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas. Pengalaman inilah yang akan membawa siswa mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lain.
Pembelajaran tematik menekankan belajar sambil melakukan sesuatu. Pengalaman guru menjadi penting untuk memadukan antara teori dan praktis serta memberikan makna belajar pada siswa. Pengalaman belajar guru akan memberikan makna belajar yang sesungguhnya pada siswa. Konsep pembelajaran tematik secara tidak langsung akan membentuk skema konseptual dari materi pembelajaran sehingga ada proses kesinambungan dan pertautan antara materi yang dulu dengan sekarang. Pada saat itulah siswa akan mengetahui mata rantai pengetahuan konseptual.
Ada beberapa cirri utama dari strategi pembelajaran tematik, yaitu:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tinngkat perkembangan;
2. Beberapa bentuk kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik selalu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3. Proses belajar mengajar akan menimbulkan kesan yang lebih bagi siswa sehingga hasil dari belajar mampu bertahan lama;
4. Strategi tematik ini membantu keterampilan siswa dalam berpikir;
5. Menyajikan pelajaran yang lebih realities sesuai dengan tingkat permasalahan yang terjadi pada siswa;
6. Mengasah dan mengambangkan potensisosial pada anak, layaknya toleransi, kerjasama, dan tanggap terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.[13]
Dan ada beberapa manfaat penting dari strategi pembelajaran tematik ini yaitu, sebagai berikut
1. Siswa lebih mudah untuk memusatkan perhatian pada satu tema tertentu
2. Siswa bisa mempelajari pengetahuan serta mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar pelajaran dengan tema yang sama.
3. Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
4. Siswa mampu memahami materi pelajaran secara lebih mendalam
5. Siswa bisa mengetahui dan merasakan manfaat dari belajar kerena materi yang disajikan dengan tema yang jelas.
6. Guru bisa menghemat waktu kerena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan secara sekaligus sehingga ini bisa berlangsung dua atau tiga kali pertemuan.[14]
g. Hal- hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topic, banyak sedikit bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah dengan tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.[15]
h. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Ada beberapa rambu-rambu dasar yang mesti dipahami dalam pembelajaran tematik. Berikut adalah rambu- rambu pembelajaran tematik.
1. Tidak semua mata pelajaran itu bisa dipadukan
2. Bisa terjadi penggabungan kompetensi dalam satu semester
3. Kompetensi dasar yang tidak bisa dipadukan, jangan paksa menggabungkan kerna akan mengakibatkan kerancuan. Lebih baik dipindahkan dan dipelajari secara mandiri.
4. Kemampuan belajar pada anak lebih ditekankan pada kemampuan untuk membaca, menulis, berhitung, serta penanaman nilai- nilai moral.
5. Tema yang sesuai harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat dan lingkungan serta daerah setempat.
i. Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah
Apabila pembelajaran tematik ini diimplementasikan di sekolah, aka nada beberapa implikasi, baik bagi guru, sarana dan prasarana, dan pengaturan ruangan.
1. Guru akan dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memilih kompetensi dari berbagai pelajaran, serta mengemas dan menyuguhkan mata pelajaran jadi menarik, menyenangkan dan membuat siswa gembira
2. Siswa mesti mengikuti proses pembelajaran yang bisa memungkinkan bekerja secara individu atau kelompok atau bahkan cara- cara klasik. Semua itu tergantung pada sejauh mana kemampuan guru untuk mencari pilihan yang terbaik bagi siswa dalam mencari metode pembelajaran. Yang terpenting bagi siswa bisa mengikuti pembelajaran secara variatif.
3. Pelajaran tematik memerlukan sarana dan prasarana yang lebih kompleks. Pembelajaran ini kadang memerlukan desain khusus maupun sumber belajar yang ada di lingkungan yang siap di manfaatkan secara praktis. Pembelajaran ini memerlukan media pembelajaran bervariasi untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep- konsep yang abstak.
4. Pembelajaran tematik juga membutuhkan pengaturan ruangan. Pengaturan ruangan itu meliputi, penyesuaian pengukuran ruangan dengan tema yang disajikan, pengaturan bangku peserta didik yang sesuai dengan tema, kegiatan tak melulu di dalam ruangan, tetapi juga bisa dilakukan di luar ruangan.
j. Tahap Persiapan Pelaksanaan
Sebelum melakukan proses pembelajaran tematik, ada beberapa tahapan persiapan pelaksanaan yang mesti diperhatikan oleh guru. Tahapan pelaksanaan itu meliputi:
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Pemerataan ini bertujuan agar dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh semua standar kompetensi dasar serta indicator dari berbagai mata pelajaran yang telah dipadukan sesuai tema yang dipilih. Untuk itulah ada beberapa kegiatan yang mesti dilakukan.
Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indicator. Dalam melakukan penjabaran ini ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.
a) Indicator mesti dikembangkan sesuai dengan karakter siswa
b) Indicator mesti dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
c) Dirumuskan dalam kerja operasional yang terukur dan bisa diamati.[16]
Ø Contoh kompetensi dasar dan indicator dari mata pelajaran yang akan dipadukan
Bahasa Indonesia
|
Matematika
|
Pengatahuan Alam
|
Kerajinan Tangan dan Kesenian
|
Mendengarkan
|
Bilangan cacah sampai dengan tiga angka
|
Makhluk hidup dan berproses kehidupan
|
Rupa: Gambar ekspresi
|
Berbicara
|
Benda dan sifatnya
|
Gambar imajinatif
| |
Membaca
|
Energy dan perubahannya
|
Objek imajinatif
| |
Menulis
|
Ritme (warna, garis)
|
Berdasarkan pemetaan aspek dalam setiap mata pelajaran sebagaimana tercetak tebal di atas dan bercetak miring di atas, maka selanjutnya dapat ditetapkan kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran sebagaimana terlihat dalam table berikut.
Contoh kompetensi dasar dan indicator dari Mata Pelajaran yang Telah Dipadukan
Bahasa Indonesia
|
Matematika
|
Pengetahuan Alam
|
Kerajinan Tangan dan Kesenian
|
Mendiskripsikan binatang di sekitar
(secara lisan)
|
Memahami konsep urutan bilangan cacah
|
Mendiskripsikan bagian- bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
|
Menanggapi berbagai unsure rupa, bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk.
|
2. Menentukan tema
Untuk menentukan tema, ada dua cara. Cara pertama adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam masing masing mata pelajaran. Cara yang kedua adalah menetapkan terlebih dahulu tema- tema tematik, untuk menentukan tema guru bisa bekerjasama dengan siswa.[17]
Ø Penentuan ruang lingkup tema dalam model pembelajaran tematik
TEMA
|
Anak Tema 1
|
Anak Tema 2
|
Anak Tema 3
|
Anak tema 4
|
Materi 1
|
Materi 2
|
Materi 3
|
Materi 4
|
Sebagai contoh tema tentang “ Binatang” dapat dikembangkan menjadi anak tema/ sub tema binatang yang ada di darat, binatang yang ada dilaut dan binatang yang ada di udara. “ Kegemaranku” dapat di kembangkan menjadi anak tema/ sub tema menjadi ; Gemar Olahraga, Gemar Berhitung, Gemar menggambar, dan Gemar Membaca. Dan tentang “pengalaman” dapat di kembangkan menjadi anak tema; Pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang menyedihkan, dan pengalaman yang lucu atau menggelikain.[18] Dan sebagai contoh tentang “Materi” jabarkan (tuliskan) pokok- pokok materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai “ kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan”.[19]
3. Prinsip Penentuan Tema
Dalam menentukan tema, ada beberapa prinsip penting yang mesti diperhatikan, yaitu mengambil materi yang mudah menuju materi yang sulit, dari yag sedarhana menuju yang kompleks, dari yang konkrit menuju yang astrak, dan yang terpenting tema yang dipilih disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan siswa.
4. Menetapkan Jaringan Tema
Agar proses pembelajaran lebih sistematis dan terpadu, buatlah jaringan tema yang bisa menghubungkan kompetensi dasar dengan indicator. Dengan jaringan tema itu akan terlihat saling berkaitan antar tema, kompetensi dasar, dan indicator. Jaringan pengetahuan seperti inilah yang membuat siswa mudah untuk memahami dan mendalami.
Contoh Bagan Keterhubungan Tema dalam Pembelajaran Tematik
BAHASA INDONESIA
Mendiskripsikan binatang sekitar
|
MATEMATIKA
Memahami konsep
Bilangan cacah
|
Tema:
BINATANG
|
PENGETAHUAN ALAM
Mendiskripsikan bagian – bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
|
KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna bentuk
|
Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih lengkap dalam contoh matriks berikut:
MATA PELAJARAN
|
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
Bahasa Indonesia
|
Mendeskripsikan binatang di sekitar
|
Menirukan gerak dan suara binatang tertentu, menjelaskan cirri- cirri binatang secara rinci (nama, cirri khasnya, suaranya, habitatnya) dengan pilihan kata
|
Pengetahuan Alam
|
Mendiskripsikan bagian- bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
|
Membuat daftar bagian- bagian utama tubuh hewan( kucing, burung, ikan) dan kegunaannya dari hasil pengamatan;
Menirukan berbagai suara hewan yang ada di lingkungan sekitar;
Menggambar sedarhana hewan dan menamai bagian- bagian utama hewan;
Menceritakan cara hewan bergerak berdasarkan pengamatan misalnya: menggunakan kaki, perut, sayap dan sirip.
|
Matematika
|
Memahami urutan bilangan cacah
|
Menyebutkan banyaknya benda;
Membaca dan menulis lambing bilangan dengan kata kata dan angka;
Menentukan bahwa kumpulan benda lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain.
|
Kerajinan Tangan dan Kesenian
|
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna, bentuk.
|
Mengungkapkan perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan perpaduannya.[20]
|
5. Penyusunan Silabus
Beberapa tahapan yang telah disebutkan sebelumnya bisa menjadi dasar untuk menyusun silabus. Komponen silabus yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, pengalaman belajar, dan sumber serta penilaian bisa disusun berdasarkan tahapan- tahapan tersebut.
6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun untuk keperluan guru dalam melakukan proses belajar- mengajar. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Ada beberapa komponen rencana pembelajaran tematik, yakni:
a) Identitas sebuah mata pelajaran;
b) Standar kompetensi;
c) Kompetensi dasar;
d) Indicator pencapaian kompetensi;
e) Tujuan pembelajaran;
f) Materi ajar serta beberapa uraian yang perlu untuk dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indicator;
g) Alokasi waktu;
h) Metode pembelajaran yang harus dipakai untuk menyampaikan materi dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator.
i) Melakukan penilaian dan tindak lanjut;
j) Sumber belajar, alat serta fasilitas yang digunakan untuk mncapai kompetensi dasar dan sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang dikuasai.[21]
k. Peran dan Pemilihan Teman dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik mempunyai peran antara lain:
1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu;
2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengambangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Kompetensi berbahasa bisa lebih dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar kerena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata;
7. Guru dapat menghemat waktu kerena mata pelajaran yang di sajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan consensus antarsiswa.
l. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, kelebihan yang dimaksud yaitu:
a) Menyenangkan kerena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
b) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
c) Hasil belajar akan bertahan lama kerena lebih berkesan dan bermakna.
d) Menumbuhkan keterampilan social, seperti bekerjasama, toleransi, komonikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik disamping memiliki kelebihann sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang di timbulkannya, yaitu;
a) Guru di tuntut memiliki keterampilan yang tinggi.
b) Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
0 komentar:
Posting Komentar