bp bk smp Selamat Datang di blog Kami. Silahkan Browsing dan Cari data anda
bp bk lengkap

Tujuan Bimbingan Konseling Islam Menurut Para Ahli

Selasa

Tujuan Bimbingan Konseling Islam Menurut Para Ahli



HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI


Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Istilah bimbingan konseling Islami belum tersosialisai secara luas pada masyarakat bahkan istilah ini tidak dijumpai dalam al-Qur,an maupun hadis rasulullah secara langsung, namun cara -cara penasehatan dan bimbingan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabat yang mempunyai permasalahan waktu itu ( 14 abad yang lalu), tidak banyak perbedaan dengan bentuk layanan, pendekatan dan proses konseling yamg dijalankan oleh konselor propesional versi Barat, bahkan cara yang dilaksanakan Rasulullah lebih sempurna lagi. Lebih jauh dari pada itu, 1000 tahun sebelum Frank Parsons ( pendiri dan pengolah biro konsultasi vocational ) pertama di Boston Amerika Serikat 1908 dan dipandang sebagai pelopor dalam bimbingan jabatan secara sistematis dan terencana). Menuru Winkel tahun 1997 bahwa dalam bimbingan konseling telah dikenal dalam Khususnya dalam bidang psikologi jababatan (Carson & Altai ,1994).Bahkan Rasullullah juga dikatakan sebagai seorang pemimpin yang istimewa dan mempunyai kepribadian yang agung (Fakhrunddin,1996).

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu kata “ Guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu, sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Ada juga orang menerjemahakan kata “Guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan; tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Seorang guru yang membantu siswa menjawab soal-soal ujian bukan bentuk dari konteks bimbingan. Bantuan, tuntunan atau pertolongan yang bermakna bimbingan konteksnya sangat psikologis.1

Menurut Muhammad surya bimbingan adalah suatu proses bantuan pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.2 Dari pengertian bimbingan yang telah dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa: Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh konselor kepada individu atau sekelompok individu klien) menjadi pribadi yang mandiri. Bimbingan ini penekanannya bersifat preventif (pencegahan) artinya proses bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang (klien ) supaya bisa mencegah agar suatu masalah bisa diselesaikan. 

Untuk itu kemandirian menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendak dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu: 
  1. Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, 
  2. Menerima diri sendiri dan lingkungan scara positif dan dinamis, 
  3. Mengambil keputusan, 
  4. Mengarahkan diri sendiri, 
  5. Mewujudkan diri mandiri. 
Demikian juga halnya dalam mendefenisikan bimbingan Islami, terdapat beberapa orang pakar yang memberikan pengertian,diantaranya :
  1. Musnamar mendefenisikan bimbingan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
  2. Menurut M.Arifin bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana proses bimbingan lainnya ,namun dalam segala aspek kegiatannya selalu berlandaskan ajaran Islam yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip al-Qur’an dan sunnah Rasul.
  3. Natawidjaja (1981) yang dikutip oleh Winkel (1997 :67)mendefenisikan ,bimbingan adalah proses pemberi bantuan kepada individu yang diberikan secara berkesinambugan ,supaya individu ,tersebut dapat memahami dirinya ,sehingga ia dapat mengecap kebahagian hidupnya serta dapat memberikan sumbagan yang berarti.3
Secara etimologis, kata konseling berasal dari kata “counsel” yang diambil dari bahasa Latin yaitu “counsilium”, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau beberapa klien (counselee).4Dalam Kamus Bahasa Inggris, Konseling dikaitkan dengan kata “counsel” yang diartikan sebagai nasehat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian, konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.5

Secara terminologi menurut Rochman Natawidjaya mendefinisikan bahwa konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, di mana yang seorang konselorberusaha membantu yang lain klienuntuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.6 American Personel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang profesional dan individu yang memerlukan bantuan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik dalam pengambilan keputusan. Makna dari pengertian ini adalah konseling merupakan hubungan secara profesional antara seorang konselor dengan klien yang mencari bantuan agar klien dapat mengatasi kecemasan dan mampu mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.7

Dewa Ketut Sukardi juga memberikan batasan pengertian konseling yaitu bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah secara face to face, dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup”.8Sedangkan pengertian konseling Islami menurut Musnamar adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar individu atau kalian tersebut menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk(ciptaan)Allah yang seharusnya hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah ,sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pengertian bimbingan dan konseling Islam adalah Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan dimasa yang akan datang.

Bimbingan Konseling pada masa Rasulullah SAW
Istilah konseling (counseling )berasal dari kata ’’tocouncel’’yang berarti memberi nasehat,penyuluhan atau anjuran kepada orang lain secara berhadapan muka (face to face).Dengan demikian konseling adalah pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan secara berhadapan (face to face) dari seorang yang mempunyai kemahiran (konselor/helper) kepada seseorang yang mempunyai masalah (klien/helpee).

Sedangkan pengertian konseling Islami menurut Musnamar adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar individu atau klien tersebut menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk(ciptaan)Allah yang seharusnya hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah,sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.

Dalam pelaksanaan proses konseling ada perbedaan antara pandagan Barat di banding pandangan Islam,dimana proses konseling versi Barat bisa terlakasana jika klien yang bermasalah mendatangi biro konsultasi dan meminta konselor memberi jalan keluar terhadap permasalahan yang diderita klien,sedangkan menurut Islam, jika seseorang mempunyai permasalahan atau problem, konselor Islam, (seperti yang dicontohkan Rasullullah Saw) bisa melaksanakan proses konseling di berbagi tempat,baik di rumah,di masjid,di jalan,di pajak dan sebagainya,bahkan dalam konseling Islam konselor dibenarkan bahkan terkadang dianjurkan mendatangi klien yang bermasalah,sehingga dapat kembali ke jalan yang lebih baiksesuai dengan ajaran agama yang diyakininya selama ini.

Disinilah salah satu letak perbedaan antara konsep Barat dengan konsep Islam,artinya konseling versi Barat,klien yang bermasalah datang ke biro atau pusat layanan konseling,sedangkan menurut versi Islam pemberian konseling (kuratif/korektif), konselor Islami dibenarkan mendatagi klien, agar klien dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.

Pada dasarnya tujuan kedua versi ini adalah sama, yaitu sama-sama berupaya memberi solusi dan kesadaran kepada klien agar klien kembali kepada kejalan yang benar. Sedangkan tindak lanjut dari rasa kesadaran itu, dia berjanji kepada dirinya dan kepada Tuhan bahwa perbuatan yang salah dan keliru tidak diualnginya lagi pada masa yang akan datang, ia juga berusaha melaksanakan agama lebih baik dari sebelunya. Cara seperti inilah yang dituntut oleh pembimbing atau konselor islami daripada kliennya dalam proses konseling.

Dari penjelasan terlihatlah bahwa inti dari konseling Islami itu adalah memberikan kesadaran kepada klien agar tetap menjaga eksistensinya sebagai mahkluk Allah,dan tujuan yang ingin dicapai pun bukan hanya untuk kemaslahatan dan kepentingan duniawi semata,tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk kepentingan ukhrawi yang lebih kekal abadi.Hal ini sesuai dengan do’a yang selalu diucapkan setiap orang yang beriman kepada Allah SWT,seperti yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 201 yang berbunyi :
Diantara mereka ada yang berdo’a, “ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.9

Pada sisi lain, jika diperhatikan prosedur dan layanan yang dijalankan konselor kepada klien dalam proses konseling (versi Barat), sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara penasehatan yang dilakukan Rasulullah kepada sahabat. Sebagai contoh, dalam layanan konseling seorang pembimbing atau konselor haruslah sungguh-sungguh, ihklas, sabar, tidak muda lari dari masalah dan lemah lembut kerena sesungguhnya keseriusan dan kesadaran sangat diperlukan dalam proses konseling.10 Layanan dan nasehat yang dijalankan Rasulullah kepada para sahabat dalam mengajak melaksanakan yang ma’ruf, Rasul melaksanakan dengan sungguh-sungguh, sabar, lemah lembut, dan penuh bijaksana. Sikap Rasul dalam memberi layanan yang kondusif dan lemah lembut diabadikan dalam al-Qur’an pada surah al-Imran ayat 159 yang berbunyi:

Maka disebabkan rahmad dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkan ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.11

Sifat-sifat mulia dan agung yang dicontohkan Rasulullah dalam memberi layanan dan panasehatan kepada kliaen dari sifat dan sikap yang dituntut dari seorang konselor profesional seperti yang dirumuskan oleh Persatuan Bimbingan Jabatan Nasional yaitu Nasional Vocational Guidance Association seperti yang dikutip oleh Sukardi (1983 : 61) yaitu interes terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai siakap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, sungguah-sungguh respek terhadap orang lain,dan dapat dipercaya.

Dalam suatu riwayat (hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu umamah) yang artinya : Seorang pemuda yang mendatangi Rasul dan bertanya secara lantang dihadapan para sahabat: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat mengizinkan saya untuk berzina? Mendengar pertanyaan yang tidak sopan itu para sahabat ribut dan mau memukulinya, Nabi segera melarang dan memanggil, bawalah pemuda itu dekat-dekat kepadaku. Setelah pemuda itu duduk didekat Nabi, Nabi bertanya kepada pemuda itu: Bagaimana jika ada orang yang akan menzinahi ibumu? Pemuda itu menjawab, demi Allah saya tidak akan membiarkannya. Bagaimana terhadap anak perempuanmu? Pemuda itu menjawab, tidak juga ya Rasul, demi Allah, saya tidak akan membiarkannya. Nabi melanjutkan, bagaimana jika terhadap saudara perempuanmu? Tidak juga ya Rasul, saya tidak akan membiarkannya. Nabi meneruskan, begitu juga orang tidak akan membiarkan putrinya atau saudara perempuannya atau bibinya dizinahi kemudiani. Nabi kemudian meletakkan tangannya kedada pemuda itu sambil berdoa; Ya Allah bersihkanlah hati pemuda itu, ampunilah dosanya dan jagalah kemaluannya.

Dari kisah diatas terlihatlah bahwa Rasulullah sebagai konselor Islami memberikan nasehat,arahan dan bimbingan penuh persuasif, lemah lembut penuh kesungguhan dan kesabaran menghadapi seseorang pemuda (klien) yang meminta pendapat kepada beliau.

Lebih jauh dari itu, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa diantara tugas-tuggas Rasulullah Saw diutus kemuka bumi ini adalah untuk menyampaikan kebenaran dan pengajaran pada manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 57 yaitu:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit ( yang berada) dalam dada dan pentunjuk serta rahmad bagi orang-orang yang beriman.12

Berdasarkan ayat dan hadis diatas menjelaskan bahwa Alquran dan Sunnah Rasul merupakan Landasan ideal dan konseptual dari bimbingan dan konseling Islam. Karena al-quran dan Hadis dalam pandangan Islam merupakan pandangan naqliah. Disamping landasan naqliah, bimbingan konseling Islami juga memerlukan landasan aqliyah, dalam hal ini termasuk filsafat Islam dan landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

Landasan filosofis Islami penting artinya penting artinya bagi pengembangan dan kelengkapan bimbingan konseling Islami, karena mencakup:
  1. Falsafah tentang dunia manusia
  2. Falsafah tentang manusia dan kehidupan
  3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga
  4. Falsafah tentang pendidikan
  5. Falsafah tentang masyaraka
Di samping itu, disiplin ilmu yang dapat memperlengkap, membantu dan dijadikanlandasan operasional bimbingan dan konseling Islami adalah:
  1. Ilmu jiwa (psikologi)
  2. Sosiologi
  3. Ilmu komunikasi
  4. Ilmu hukum Islam
  5. Antropologi sosial
Dengan demikian, layanan yang dijalankan oleh konselor Barat dalam proses konseling,sebenarnya telah lebih dahulu dikenal oleh Islam, yaitu seperti yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu, walaupun istilah dan caranya tidak persis sama, namun tujuan dan cara-cara pendekatan yang ditempuh, justru apa yang dilakukan Rasulullah jauh lebih baik. Perbedaannya hanya terlihat dari segi istilah, dimana Barat menggunakan istilah proses konseling, sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah penasehatan atau hisbah.

Proses konseling yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada potensi dasarnya yaitu manusia yang fitri. Fitri artinaya kembali kepada kesucian dan kebenran yang meliputi aspek jasmani dan rohani. Dengan kembalinya manusia kepada kondisi fitri, manusia akan mendapatkan kembali keceriaan hidup, kegembiraan dan kebahagiaan di dunia, maupun kebahagiaan di akhirat.

Rasulullah merupakan contoh layanan konseling Islam, umumnya menerapkan cara memberikan saran-sarau, anjuran, nasehat kepada klien. Nabi dan Rasul merupakan konselor apabila melihat tugas dan fungsinya sebagai pembimbing umat ke arah jalan yang benar. Nabi dan Rasul semua mengajak umat manusia kepada agama Tahuid ( Islam). Nabi dan Rasul juga membimbing manusia agar tidak terjerumus ke lembah dosa, sehingga manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Tugas hakiki Nabi dan Rasul adalah mengajak, membantu, dan membimbing manusia kepada jalan yang disyariatkan Islam.

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islami slam tidak banyak berbeda dengan tujuan bimbingan konseling ( versi Barat), yaitu sama-sama memberi bimbingan dan arahan kepada klien serta mengeluarkan klien dari permasalahan, dan perbedaanya terletak pada tujuan akhir yang ingin dicapai melalui bimbingan dan konseling umum (versi Barat) kepada Allah, memiliki ilmu pengetahuan yang luas, senantiasa beribadah/ mengabdi kepada Allah, Mewujudkan diri seutuhnya (insan Kamil) seperti ungkapan tujuan di atas adalah mewujudkan diri sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia yaitu untuk menjadi manusia yang selaras antara pengembangan diri dengan pelaksanaan fungsi dan keduduknnnya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk sosial.

Ada beberapa tentang tujuan bimbingan dan Konseling Islam sesuai dengan pendapat Aziz Salleh adalah :
  1. Menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
  2. Berlakunya perubahan yang diinginkan untuk mencapai kesempurnaan diri.
  3. Membimbing untuk membuat keputusan yang bijaksana.
  4. Bertindak secara logis, waras dan atas dasar keimanan dan bukan atas dasa hasutan nafsu dan syetan laknatullah.
  5. Membantu klien mewujudkan perhubungan yang baik.
  6. Membantu klien yang terlibat dalam perbuatan keji.
  7. Membentuk tabiat diri agar senantiasa berdisiplin dengan siapa saja menjadikan klien insan yang dihormati dan disukai.13
Sedangkan az-Dzaky menyatakan tujuan konseling dalam Islam14 adalah :
  1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan kebersihan jiwa dan mental, menjadi tenang dan damai, (muthmainnah) bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapat pencerahan Taufiq dan Hidayah Tuhannya (mardhiyah).
  2. Untuk mengasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan social dan alam.
  3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi kesetakawanan, tolong menolong dan rasa kasih saying
  4. Untuk menghasilkan kecerdasan sprirtual pada dri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat tat kepda Tuhanya, ketulusan mematuhi segala perintanya serta ketabahan dalam menerima ujian.
  5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dingan baik dan benar Ia dapat dengan baik menanggulangi persoalan hidup dan dapat membarikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.15
Tujuan akhir dari bimbingan dan konseling Islam adalah agar klien terhindar dari berbagai masalah, apakah masalah tersebut berkaitan dengan gejala penyakit mental (neurona dan psychose), sosial maupun spritual, atau dengan kata lain agar masing-masing individu memiliki mental yang sehat.

Mental yang sehat (qolbun saliim)dapat ditandai: orang yang senantiasa tawakkal, bersyukur, sabar, atau tabah, tawadu’,rajin beribadah, wara’, ikhlas, amanah dan mau berjihad di jalan Allah, sedangkan wahananya adalah: zikir, tubat, muqorobah, cinta ilmu, rindu hidayah. Sebaliknya mental yang berpenyakit dapat ditandai melalui penomena ; suka melaksanakan maksiat, berbuat zalim, berburuk sangka baik kepada Allah maupun kapada manusia, menolak kebenaran, menuruti hawa nafsu.

Orang yang memiliki mental yang sakit, termasuk orang yang bermasalah baik dalam pandangan agama maupun dalam pandangan psikologi, dan jika ini dibiarkan, bukan saja dapat merumuskan diri pribadi yang bersangkutan, tetapi juga dapat merusak dan mengganggu orang lain.

Fungsi bimbingan dan Konseling Islam
Fungsi bimbingan dan konseling Islami sebenarnya tidak berbeda dengan fungsi bimbingan dan konseling (secara Umum), walaupun dari segi istilah dan penekanannya terdapat perbedaan. Fungsi bimbingan dan konseling adalah:
  1. Preventif atau pencegahan, yaitu mencegah timbulnya masalah pada seseorang.
  2. Kuratif atau korektif yaitu memecahkan dan menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seeorang.
Developmental, yaitu mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik.
Menurut Faqih (2001) fungsi bimbingan konseling Islami adalah:
  1. Fungsi preventif yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
  2. Kuratif atau Korektif yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
  3. Fungsi preservatif yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama.
  4. Fungsi development atau pengembangan yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi munculnya masalah baginya.16
Jika diperhatikan fungsi bimbingan dan konseling atau peranan konselor kepada kliennya seperti yang telah diuraikan diatas, maka tugas ini tidak banyak, berbeda dengan tugas Rasulullah, para da’i atau ustazd terhadap ummat yaitu:
  1. Menyuruh orang berbuat baik (kuratif dan korektif)
  2. Mencegah dari kemunkaran (preventif)
  3. Beriman kepada Allah (development)17
Ketiga tugas ini bukan saja tugas para ustadz, dan dai, tetapi juga semua umat untuk menyampaikan kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah Ali Imran ayat 110 yang berbunyi:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yanag ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.18

Hubungan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Ilmu Dakwah
Bimbingan dan konsiling kelihatanya lebih banyak digunakan oleh para pakar konseling dalam dunia pendidikan yaitu sebangai ilmu bantu yang diperlukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar yang disebabkan gangguan jiwa. Pada hal disiplin ilmu bimbingan konseling ini sangat relepan dengan disiplin ilmu dakwah. Bimbingan dan konseling Islami merupakan salah satu ilmu bantu dakwah, disiplin ilmu ini bisa brdiri dideretan ilmu dakwah, yakni ilmu yang membicarakan tentang bagaiman berdakwah dikalangan mad’u yakni orang yang terkena gangguan jiwa.namun bentuk dakwah dalam kasus ini,lebih tepat dakwah pribadi atau perorangan, disebabkan masalah yang dihadapi mad’u berbeda-beda, maka bentuk layanan pun lebih sesuai dengan konseling individual.

Ilmu dakwah berbicara tentang komponen-komponen dakwah( da’i, mad’u, pesan, dan metodologi) psikologi dakwah bertugas menyingkap suasana bathin dari pelaku manusia yang terlibat dalam proses dakwah (da’i dan mad’u) agar da’i dapat menguraikan, mengamalkan dan mengendalikan prilaku mad’u secara umum, maka bimbingan dan konseling Islami diperlikan untuk berdakwah kepada orang-orang yang sedang mengalami problem kejiwaan, yakni membentuk klien agar dapat kembali menemukan dirinya dan potensi getaran imannya, diharapkan klien dapat mengatasi kesulitan masalah yang dihadapi tanpa banyak bergantung kepada orang lain.

Disamping itu, cara-cara yang pernah ditempuh Rasulullah Saw, para sahabat, para da’i dalam menyelesaikan permasalahan ummat, tidak banyak berbeda denagn cara yang ditempuh oleh para konselor ( konselor Barat), tetapi karena mereka tidak berangkat dari konsep bimbingan sebagai disiplin ilmu, maka teknik dan prosedur bimbingan dan konseling Islami yang dilakukan adalah secara alamiah dan pada umumnya tidak pernah dicatat atau diagendakan. Jika para muballiq atau da’i menjalankan konseling menurut teknik dan prosedur bimbingan dan konseling, maka boleh jadi peranan para da,i lebih efektif dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh konselor propesional saat ini.

Dalam rangka pengembangan layanan bimbingan dan konseling Islami, di masa depan sebaiknya para muballiq atau da’i hendaklah dibantu dengan disiplin ilmu bimbingan dan konseling, sehingga dengan modal itu para da’i dimungkinkan dapat bekerja secara propesional dan tidak menutup kemungkinan para da,i dapat memperkaya khazanah keilmuan dan melahirkan teori-teori baru dalam bidang bimbingan dan konseling. Para da’i dapat dilibatkan dalam program layanan bimbingan dan konseling secara propesional dan mampu merespon kebutuhan masyarakat semakin berat.

Lembaga –lembaga dakwah dan pesantren sebenarnya bisa membuka klinik bimbingan dan konseling jika saja para ustadz atau muallim yang ada pada pesantren tersebut mempelajari teknik dan prosedur bimbingan dan konseling. Terdapat sedikit perbedaan antara cara yang ditempuh para da’i dan konselor dalam menghadapi audience atau khalayak yang bermasalah, umumnya menyampaikan apa yang diinginkannya sesuai dengan bahan yang telah dipersiapkannya tanpa memperhatikan masalah apa yang sedang dihadapi mad’unya, sedangkan konselor berpijak dari masalah yang dihadapi oleh masyarakat atau oleh seseorang dengan kata lain, konselor mempelajari dan mengidentifikasi lelih dahulu jenis penyakit yang dihadapi oleh seseorang atau masyarakat, setelah itu konselor memberi obat sesuai dengan jenis penyakit yang dihadapi oleh seseorang atau masyarakat, jenis layanan yang paling sesuai dalam kasus ini adalah bimbingan konseling individual.

Daftar Pustaka
  • Aziz Salleh, Konseling Islam Aziz,Kuala Lumpur: Utusan Publicatio & Distributors SDN.BHD, 1993.
  • Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemah-Nya, Bandung : Diponegoro, 2004.
  • Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
  • Hallen, Bimbingan dan Konseling ,Jakarta : Ciputat Pers, 2002
  • Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Psikoterapi dan Konseling Islam,Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,2001.
  • Lahmuddin Lubis, Bimbingan Konseling Islami, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007
  • Lahmuddin lubis, Bimbingan Konseling dalam persepektif Islam, Bandung: Citapustaka, 2009
  • Latip, Psikologi Konseling Malang: UMM Press, 2003
  • W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan Jakarta: PT. Grasindo, 1991
Sumber Artikel Di Atas :
  • Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm.2
  • Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.20.
  • Lahmuddin Lubis, Bimbingan Konseling dalam persepektif Islam, (Bandung: Citapustaka, 2009), hlm. 21
  • Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 4
  • W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 70
  • Ibid.
  • 7 Tohirin,Op.Cit. h.23
  • Dewa Ketut Sukardi. Op.,cit, hlm. 105
  • Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah-Nya, (Bandung: Diponegoro, 2004), hlm,
  • 10 Lahmuddin lubis, Op. Cit., hlm.63
  • 11 Ibid.,
  • 12 Lahmuddin Lubis, Bimbingan Konseling Islami, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007), hlm., 159.
  • 13 Aziz Salleh, Konseling Islam, (Kuala Lumpur: Utusan Publicatio & Distributors SDN.BHD, 1993), hlm.5.
  • 14 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Psikoterapi dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm.137
  • 15 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Psikoterapi dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm.137
  • 16 Lahmuddin Lubis, Bimbingan dan Konseling dalam perspektif Islam, Op.Cit., hlm, 67.
  • 17 Ibid.
  • 18 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemhan, Op.Cit., hlm,

0 komentar:

Posting Komentar

JASA PEMBUATAN PTBK

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294 DETAIL HARGA KLIK DISINI

Popular BP BK Posts

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294
JASA PTBK