Bimbingan & Konseling (BK) dan Perannya Proses Pendidikan
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BKKlik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
Dunia pendidikan Indonesia selama ini mengenal peran Bimbingan & Konseling (BK) sebagai petugas keamanan yang berjaga setiap waktu atas perilaku siswa yang dianggap menyalahi “norma umum” pengelola sekolah. Setiap siswa mendapatkan panggilan dari BK, yang dirasasakan oleh mereka adalah kesalahan dan kenakalan apa lagi yang telah dilakukan. Hukuman dan sangsi-sangsi menjadi persoalan sehari-hari yang berada dalam ruang lingkup BK dan paradigma ini telah mengakar dalam dunia sekolah dan pendidikan pada umumnya.
Belum lagi program-program BK yang menjadi kebiasaan dan rutinitas selama ini yang hanya menyentuh kulit tanpa substansi. Seperti misalnya mengadakan tes psikologi untuk siswa, namun hanya menadi database dan tidak dimanfaatkan untuk melakukan konseling menyeluruh yang pada dasarnya, secara ideal sangat membantu siswa dalam melakukan kegiatan akademiknya. Tes-tes yang hanya menjadi rutinitas tanpa bisa dimanfaatkan menjadi dasar pemetaan kondisi komprehensif siswa dalam hal akademis dan non akademis.
Pemahaman tentang tugas perkembangan anak mutlak dimiliki oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan khususnya BK. Dalam tugas perkembangan anak tersebut terdapat perilaku-perilaku alamiah dan ciri-ciri yang memang secara naluriah muncul dalam setiap fasenya. Semisal anak yang masuk dalam fase remaja, mereka cenderung lebih dekat pada teman sebaya daripada orang tua atau guru. Mereka cenderung menghindari peran otoritatif dari orang yang lebih dewasa. Keinginan untuk menjadi populer di lingkungan sosial dan teman sebayanya, lebih dominan daripada kemauan mereka untuk metaati otoritas atau aturan sosial. Hal ini harus disadari secara penuh oleh para pendidik, karena menentukan perlakuan yang tepat dalam mendidik siswanya.
Peran BK menjadi krusial di saat faktor-faktor di luar kemampuan akademis, transfer pengetahuan dan proses belajar mengajar bukan menjadi faktor penghambat proses dan hasil belajar siswa. Faktor psikologis dan sosial siswa seringkali justru menjadi faktor yang dominan yang menghambat kemampuan siswa dalam memaksimalkan potensi akademisnya. Hal ini haruslah menjadi perhatian yang lebih bagi para praktisi BK dan pendidikan agar bisa membuat program kegiatan yang lebih komprehensif. Penanganan akademis dan non akademis (psikologis dan sosiologis) terhadap para siswa harus juga maksimal dilakukan, agar tidak mengganggu siswa dalam membangun dan mempertahankan potensi akademisnya ke arah yang lebih baik.
BK seringkali terjebak dalam labeling yang tak penting, bahwa penanganan individual hanya diperlukan bagi siswa yang diangap “nakal” dan melanggar “norma umum” yang berlaku di sekolah. Pada dasarnya justru berhasil dalam memenuhi tugas perkembangannya. Siswa yang mendapatkan label seperti itu justru biasanya terkenal di lingkungan sekolah dan menjadi popular di antara lingkungan sebayanya. Dan hal ini justru memacu siswa tersebut untuk terus memegang label tersebut selama dia berada di sekolah. Secara naluriah, siswa yang mendapatkan lebl tersebut akan lebih dominan mempertahankan label tersebut, karena dominasi tugas perkembangan yang secara alami melekat pada dirinya daripada mengikuti tata aturan dan situasi otoritatif yang dirasa membelenggunya.
Berbeda dengan siswa yang mendapatkan label positif, baik dan pintar. Justru biasanya mereka seringkali merasa gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, karena popualritas yang mereka dapatkan tidaklah sekuat yang mendapatkan label negative, nakal dan kurang pintar. Mereka cenderung menjadi pendiam, Nampak tidak terlalu pintar bergaul, lingkungan pertemanan yang sempit dan tertutup pada lingkungannya. Hal ini menjadi berbahaya ketika justru kondisi tersebut menjadikan perhatian terhadap mereka berkurang dan tidak terpantau dengan baik. Mereka dianggap baik-baik saja dan berhasil, padahal justru ada kemungkinan besar bahwa mereka gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya dan mungkin menyimpan permasalahan yang lebih kompleks daripada yang lain.
Jadi, sudah sepantasnyalah peran sekolah, khususnya BK untuk lebih menyadari dan memahami tentang tugas perkembangan anak, agar betul-betul bisa memuat program kegiatan yang lebih komprehensif dan menyentuh segala aspek dalam diri siswa, baik akademis maupun psikologis. Hal ini agar proses belajar mengajar yang ditempuh dan dijalani oleh para siswa, betul-betul berdampak pada cara berpikir, pemaknaan dan aktualisasi diri dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, proses pendidikan menjadi lebih substantif dan bermakna karena secara ideal, kemampuan akademis dan psikologis harus betul-betul dimiliki oleh siswa sebagai bekal mereka menjalani kehidupan nyata di masyarakat. Dengan begitu substansi pendidikan nasional bisa lebih terimplementasi dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar