Makalah Bentuk Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BKKlik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BKKlik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
BAB I
PENDAHULUAN
Peserta didik adalah subjek dari pendidikan, oleh karenanya tenaga pendidik harus betul-betul menjalankan tugasnya agar tugas-tugas perkembangan yang harus dilewati peserta didik benar-benar terlewati sesuai tahapan. Selain guru mata pelajaran, disekolah juga terdapat guru BK / konselor yaitu guru bimbingan dan konseling yang tugasnya adalah membimbing dan mengonseling peserta didik dengan ketulusan hati. Namun dikebanyakan lembaga pendidikan sering kali salah kaprah tentang tugas BP/BK / konselor , bahkan guru mata pelajaran sering kali menyerahkan siswa yang "nakal" (dalam tanda kutip) kepada guru BP/BK / konselor , siswa yang super aktif , yang setiap hari membuat gaduh di kelas pun sering kali di serahkan ke BP/ BK tanpa melalui prosedur terlebih dahulu. Itulah bentuk salah kaprahnya, jadi guru BP/BK / konselor adalah dianggap polisi sekolah. Pdahal tugas BP/BK saya tegaskan adalah membimbing dan mengonseling siswa, jadi tidak hanya siswa yang "NAKAL" saja tetapi siswa yang berprestasi, siswa yang berkesulitan belajar dan siswa yang membutuhkan bimbingan.
Berlatar belakang dari situlah karena tugas guru BK/BK / konselor adalah tugas yang sangat mulia yang terutama adalah mendidik moral siswa maka agar tugas guru BP/BK tidak salah kaprah maka harus diterapkan komunikas yang benar antara guru BK/BP dengan guru matapelajaran, antara guru BP/BK dengan peserta didik dan antara guru BP/BK dengan orang tua siswa. oleh karenanya Bentuk Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan harus di kuasai oleh guru BP/BK / konselor .
BAB II
KAJIAN TEORI
Sebagai konselor harus pintar-pintar memilih teknik konseling yang digunakan, karena setiap klien karakter dan masalahnya berbeda. Nah keberhasilan konseling adalah ketika klien menemukan solusi atas masalahnya, ketika klien bisa mengambil keputusan atas masalahnya. Oleh karenanya di butuhkan Bentuk Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan yan tepat paa setiap berhadapan dengan masing-masing klien. Hal berikut adalah teknik umum yang digunakan konselor untuk menghadapi kliennya :
1. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku
menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan
bahasa lisan. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Perilaku attending yang baik dapat :
a. Meningkatkan harga diri klien.
b. Menciptakan suasana yang aman
c. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Berikut adalah Contoh Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk perilaku attending:
a. Kepala : melakukan anggukan jika setuju
b. Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
c. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor
dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
c. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah,
menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan
ucapan.
d. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga
selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada
lawan bicara.
Jadi Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan tidak selamanya berbentuk ucapan tapi adakalany a dalam b entuk ekspresi wajah.
2. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk
merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien
dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan
perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Macam-macam empatai , diantaramnya :
- Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
- Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
3. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan
kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat
tiga jenis refleksi, yaitu :
- Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
- Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
- Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
4. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan
karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak
mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti
halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik
eksplorasi, yaitu :
- Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
- Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
- Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
5. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah
teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan
teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah
dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau
nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah :
(1) untuk
mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha
untuk memahami apa yang dikatakan klien;
(2) mengendapkan apa yang
dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ;
(3) memberi arah wawancara
konseling; dan
(4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang
dikemukakan klien.
Contoh dialognya adalah :
Klien : ” Beliau itu mama yang baik, tapi kadang aku ggak suka karena terlihat lebih sayang sama adik saya ....kenapa ya bu ? ”
Konselor : ” Tampaknya kamu masih belum mengerti mama...”
Konselor : ” Tampaknya kamu masih belum mengerti mama...”
6. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk
memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman
dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened
question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan
klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya,
lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh pertanyaan : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? ”
7. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus
menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula
digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau
Tidak atau dengan kata-kata singkat.
Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
(1) mengumpulkan informasi;
(2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu;
dan
(3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang
jauh.
Contoh dialog :
Klien : ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan meminjam dan membaca buku di perpus yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
8. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk
memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah
dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh…, ya….,
lalu…, terus….dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah
agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien
akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien
kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor
ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya putus asa… dan saya nyaris… ” (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad meminum obat terlarang”
Konselor: ” lalu…”
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad meminum obat terlarang”
Konselor: ” lalu…”
9. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran,
perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan
pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan
pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya pikir dengan berhenti
sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya
pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan
biaya.”
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
10. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan
mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk
bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
11. Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara
pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan
menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan;
(2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3)
meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara
konseling.
Contoh :
” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu
alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil
pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan,
kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil
kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi,
yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan
studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari
perusahaan yang akan Anda masuki.”
BAB III
PENUTUP
Itulah ..betapa seorang konselor harus hati-hati mengeluarkan ungkapannya. Artinya seorang konselor harus mengerti betul teknik-teknik komunikasi yang tapat yang digunakan untuk menghadapi kliennya. komunikasi yang sering di gunakan adalah Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Perilaku Attending, Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Empati, Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Refleksi, Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Eksplorasi, Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Menangkap Pesan (Paraphrasing), Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Pertanyaan Terbuka (Opened Question), Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Pertanyaan Tertutup (Closed Question), Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Dorongan minimal (Minimal Encouragement), Komunikasi Bimbingan Konseling dan Penyuluhan dengan Bentuk Menyimpulkan Sementara (Summarizing).
Itulah beberapa teknik komunikasi yang digunakan dalam bimbingan dan konseling. Dan penggunaannya pun sendiri-sendiri artinya tidak setiap teknik bisa digunaka untuk setiap klien. Jadi seorang konselor harus benar-benar tepat dalam berkomunikasi dengan kliennya. Muda-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
0 komentar:
Posting Komentar