PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
Keberadaan guru bimbingan konseling disekolah ini dianggap penting dan memiliki peranan yang penting pula untuk membantu setiap permasalahan yang dialami peserta didik, serta konselor atau guru bimbingan konseling memilki tugas untuk mengembangkan aspek psikologis dab social peserta didik.
Indicator rendahnya mutu pendidikan nasional dikarenakan hanya menekankan pada aspek akademik saja, sementara aspek-aspek lain yang non akademis seperti nilai-nilai moral, nilai social-emosional belum dilaksanakan secara optimal dan hasilnya juga masih sangat jauh dari yang diharapkan. Selain pada aspek-aspek non akademik yang kurang diperdayakan, peran orang tua juga ikut andil untuk rendahnya mutu pendidikan nasional. Kini orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada anak-anaknya.
Dengan kurangnya perhatian dan pengawasan dari pihak keluarga inilah maka muncul permasalahan moral pada diri anak/ remaja saat ini dan permasalahan moral pelajar itulah yang menjadi masalah besar bagi bangsa. Guru bimbingan konseling perlu melakukan bimbingan preibadi social untuk membangun karakter peserta didik. Hal ini dilakukan dengan alas an :
1. Ditinjau dari usia anak SMP/SMA peserta didik memasuki usia remaja dimana sedang memasuki masa transisi dan emosional yang labil.
2. Pada level SMP merupakan level institusi yang secara formal telah memiliki dan menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Williams & Schnaps (1999) mendefinisikan pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memilki sifat peduli, berpendirian dan bertanggung jawab.
Menurut McBrien & Brandt, (1997). Tujuan dari pendidikan karakter yaitu membantu siswa agar mampu menjadi lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pendidikan dan kehidupan, serta mau untuk bekerja keras dalam pencapaian tujuan masa depannya. Tujuan tersebut dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, kebaiakan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa hormat atau kemuliaan.
2. Model Penyelenggaraan Pendidikan Karakter
Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Paul Suparno, dkk. (2002: 42-44) ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter. Pendekatan tersebut adalah:
1) Model sebagai mata pelajaran tersendiri
Dalam model pendekatan ini pendidikan karakter dianggap sebagai suatu mata pelajaran tersendiri. Oleh karenanya pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam jadwal pelajaran secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata, demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut.
2) Model terintegrasi dalam semua bidang studi
Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi tanggunmg jawab semua guru (Washington, et.all, 2008 ).
3) Model di luar pengajaran.
Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian dibahas nilai-nilai hidupnya.
4) Model gabungan.
Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan model di luar pelajaran secara bersama. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, di samping itu guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik.
3. Guru Bimbingan Konseling Dalam Kegiatan Pendidikan Karakter
Di dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal termuat dalam lampiran 3 Standar Kompetensi Guru Bimbingan Konseling (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 261) dijelaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh Guru Bimbingan Konseling berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan siswa (individu) dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”. Sedangkan ekspektasi kinerja Guru Bimbingan Konseling yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu pelayanan profesional itu juga dinamakan “the reflective practitioner”.
Terkait dengan kegiatan pendidikan karakter di sekolah Guru Bimbingan Konseling wajib memfasilitasi pengembangan dan penumbuhan karakter serta tanpa mengabaikan penguasaan hard skills lebih lanjut yang diperlukan dalam perjalanan hidup serta dalam mempersiapkan karier ((Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 186). Oleh karena itu Guru Bimbingan Konseling hendaknya merancangkan dalam program kegiatannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan dan penumbuhan karakter pada siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri yang terancang dalam program bimbingan dan konseling, dan juga bersama-sama dengan pendidik lain (guru bidang studi misalnya) yang terancang dalam program sekolah yang dilakukan secara sinergis dari beberapa pihak. Berkaitan dengan bentuk kegiatan tersebut maka layanan yang diberikan oleh Guru Bimbingan Konseling dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental dalam rangka menunaikan fungsi pendidikan dalam mengembangkan karakter siswa.
4. Materi pendidikan karakter di dalam layanan bimbingan
Ada sekitar 10 materi pendidikan karakter yang sering dipergunakan, antara lain :
1. Perilaku seksual
2. Pengetahuan tentang karakter (Character knowledge)
3. Pemahaman tentang moral social
4. Ketrampilan pemecahan masalah
5. Kompetensi emosional
6. Hubungan dengan orang lain (Relationships)
7. Perasaan keterikan dengan sekolah (Attachment to school)
8. Prestasi akademis
9. Kompetensi berkomunikasi.
10.Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).
1) Tanggung jawab (Responsibility)
2) Ketekunan (Perseverance)
3) Kepedulian (Caring)
4) Disiplin (Sef-Discipline)
5) Kewarganegaraan (Citizenship)
|
6) Kejujuran (Honesty)
7) Keberanian (Courage)
8) Keadilan (Fairness)
9) Rasa hormat (Respect)
10) Integritas (Integrity
|
Sementara itu Otten (2000) menyatakan bahwa pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam seluruh masyarakat sekolah sebagai suatu strategi untuk membantu mengingatkan kembali siswa untuk berhubungan dengan konflik, menjaga siswa untuk tetap selalu siaga dalam lingkungan pendidikan, dan menginvestasikan kembali masyarakat untuk berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Guru Bimbingan Konseling perlu memahami tentang cara menggabungkan pendidikan karakter dalam program bimbingan dan konseling. Jenis materi yang disarankan antara lain:
Berdasarkan penjelasan tersebut maka materi-materi tersebut memang banyak terkait dengan bidang layanan bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan pribadi dan bimbingan sosial. Oleh karena itu, ketersediaan materi pendidikan karakter bagi Guru Bimbingan Konseling di Indonesia sangatlah banyak dan luas. Nilai-nilai esensi moralitas baik sebagai makhluk individu dan atau sebagai makhluk sosial bagi seorang pelajar merupakan materi pendidikan moral.
5. Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan Karakter di Indonesia
Beberapa pertimbangan bahwa Guru Bimbingan Konseling harus berperan dalam pendidikan karakter, antara lain:
· Guru Bimbingan Konseling sebagai pendidik.
Ini adalah tugas dan fungsi dasar dari setiap pendidik. Seperti dijelaskan di atas, Guru Bimbingan Konseling merupakan salah satu jenis tenaga pendidik, sementara itu salah satu fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan watak dan karakter bangsa. Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling adalah merupakan salah satu pendidik yang telah diakui sebagai tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Guru Bimbingan Konseling sebagai representasi pendidik jelas memiliki rasional yang kuat untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa.
· Guru Bimbingan Konseling sebagai manajer kegiatan pendidikan karakter.
Guru Bimbingan Konseling sebagai manajer bermakna bahwa dirinya harus mampu mengelola seluruh kegiatan yang telah diprogramkan melalui keterlibatan berbagai pihak untuk pelaksanaan pendidikan karakter. Guru Bimbingan Konseling harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan programnya.
· Guru Bimbingan Konseling sebagai Pembimbing.
Sebagai Guru Bimbingan Konseling dalam pengertian konvensional Guru Bimbingan Konseling melaksanakan kegiatan konseling. Hal ini mengingat fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Kenyataan di sekolah, setiap siswa tidaklah steril terhadap berbagai permasalahan kehidupan. Kemampuan untuk memahami diri, menerima diri, dan mengarahkan diri memerlukan proses bantuan agar siswa terbiasa untuk mampu memilih dari berbagai alternatif dengan berbagai konsekuensi sehingga siswa semakin mandiri.. Kondisi realita para peserta didik yang demikian mengharuskan Guru Bimbingan Konseling untuk menjadi sebenar-benarnya pembimbing untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin timbul pada diri siswa.
· Guru Bimbingan Konseling sebagai konsultan.
Hampir sama dengan tugas sebagai Guru Bimbingan Konseling, sebagai konsultan Guru Bimbingan Konseling menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer. Oleh karena itu, Guru Bimbingan Konseling sebagai pihak yang memberikan layanan bersifat psiko-pedagogis harus mampu memberikan layanan yang bersifat konsultatif atas kepentingan berbagai pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua, kepala sekolah, bahkan mungkin sampai dengan masyarakat.
Berdasarkan rasional tentang tugas Guru Bimbingan Konseling terkait dengan pendidikan karakter di Indonesia tersebut, maka ada beberapa peran Guru Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.
1. Guru Bimbingan Konseling sekolah harus berperan sebagai panutan/contoh.
2. Guru Bimbingan Konseling sebagai perancang kegiatan
3. Guru Bimbingan Konseling sebagai healer/problem solver
4. Guru Bimbingan Konseling sebagai konsultan/mediato
0 komentar:
Posting Komentar