TEKNIK BIMBINGAN SERTA KONSELING
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
A. Pengantar
Pemaparan materi ini dimaksudkan untuk mengembangkan kesadaran dan orientasi tentang kemampuan melaksanakan dan mengelola program bimbingan dan konseling. Pengembangan kesadaran dan orientasi ini merupakan bagian dari tanggung jawab profesional seorang konselor. Lingkup kajian materi ini terdiri atas teknik layanan dasar bimbingan, teknik layanan responsif, teknik layanan perencanaan individual, teknik dukungan sistem, dan teknik penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
B. Kompetensi
Materi ini dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi berikut ini.
K.6. Kemampuan melaksanakan layanan bantuan.
C. Indikator
Subkompetensi dan indikator yang diharapkan dicapai para konselor dari kajian materi ini adalah sebagai berikut.
Subkompetensi K.6.1. Memfasilitasi peningkatan perkembangan dan prestasi peserta didik.
Indikator K.6.1.d. Melakukan konseling terhadap peserta didik yang berkenaan dengan pilihan karier, pendidikan dan keberhasilan yang diharapkan.
K.6.1.e. Berkolaborasi dengan guru, pimpinan sekolah, orangtua dan tenaga kependikan lain dalam menjamin keberhasilan pendidikan di sekolah.
K.6.1.f. Melakukan bimbingan kelompok untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan sosial.
Subkompetensi K.6.4. Melakukan Konseling
Indikator K.6.4.e. Melakukan konseling dan konsultasi memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam perbedaan budaya dan kebutuhan khusus.
Subkompetensi K.6.5. Melakukan advokasi untuk mengupayakan kepentingan peserta didik.
Indikator K.6.5.b. Mampu memberikan bantuan pelatihan orientasi dan bantuan konsultasi bagi pimpinan sekolah dan guru dalam mengembangkan layanan bagi peserta didik.
Subkompetensi K.6.6. Menggunakan teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling.
Indikator K.6.6.c. Menggunakan media komunikasi sebagai alat bimbingan dan konseling
K.6.6.e. Menggunakan pesawat telepon untuk layanan bimbingan dan konseling.
D. Strategi
Strategi pokok yang digunakan di dalam mengkaji materi teknik-teknik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1. Penyajian informasi umum tentang teknik-teknik bimbingan dan konseling
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E. Deskripsi Materi
Teknik-teknik layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam meluncurkan layanan dasar bimbingan adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas beranggotakan 15 sampai 20 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau guru.
Kegiatan ini banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerita yang tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaannya konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat informatif. Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel, dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
a. Langkah Awal
Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan : a) materi layanan; b) tujuan yang ingin dicapai; c) sasaran kegiatan; d) bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok; e) rencana penilaian; f) waktu dan tempat.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.
1) Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan keterampilan untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini. (a) Teknik umum yaitu ”Tiga M”: mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan positif; dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. (b) Keterampilan memberikan tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan merefleksikan. (c) Keterampi memberikan pengarahan: memberikan informasi; memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka; memengaruhi dan mengajak; menggunakan contoh pribadi; memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas masalah; dan menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru bimbingan dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.
2) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 yaitu pembentukan. Temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Kegiatannya: (a) mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; (b) menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok; (c) saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri; (d) teknik khusus; (e) permainan penghangatan/pengakraban. Tahap 2 yaitu peralihan. Kegiatannya: (a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah para anggola sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjuinya; (c) membahas suasana yang terjadi; (d) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (e) kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama/tahap pembentukan. Tahap 3 yaitu kegiatan. Kegiatannya: (a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik; (b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok; (c) anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas; (d) kegiatan selingan.
d. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan (baik lisan mau tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan/atau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian ”dalam proses” yang dapat dilakukan melalui: (1) mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung; (2) mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas; (3) mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka, dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka; (4) mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; (5) mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
e. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.
Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.
2. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus karena dalam interaksi tersebut konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan ini konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi ini.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu individu (peserta didik) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya. Konseling bertujuan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah pribadi, baik sosial. maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan datang.
Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat Pendidikan.
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual, yaitu: (1) attending/menghampiri klien; (2) empati; (3) refleksi; (4) eksplorasi; (5) menangkap pesan utama; (6) bertanya untuk membuka percakapan; (7) bertanya tertutup; (8) dorongan minimal; (9) interpretasi; (10) mengarahkan; (11) menyimpulkan sementara; (12) memimpin; (13) memfokus; (14) konfrontasi; (15) menjernihkan; (16) memudahkan; (17) diam; (18) mengambil inisiatif; (19) memberi nasihat; (20) memberi informasi; (21) merencanakan; dan (22) menyimpulkan.
Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu sebagai berikut.
a. Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Tahap awal ini Cavanagh (1982) menyebutkan dengan istilahintroduction, invitation and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut.
1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan tersebut dinamakan working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan konseling di antaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini di antaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan isi hati, perasaan, dan harapan sehubungan dengan masalah ini akan sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti, dan menghargai klien. Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien untuk terus-menerus dalam proses konseling.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala masalah yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui potensi yang dia miliki yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Tugas konselor adalah membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampuannya itu dapat mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya itu terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan masalahnya itu. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang dialami kliennya itu.
3) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah. Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya.
4) Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas, dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan konseling termasuk kegiatan konselor dan klien. Ini artinya konseling adalah kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di samping itu, dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya.
b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: (a) penjelajahan masalah yang dialami klien, (b) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Cavanagh (1982) menyebutkan tahap ini sebagai tahap action.
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar kliennya mempunyai pemahaman dan alternatif pemecahan baru terhadap masalah yang dialaminya. Konselor mengadakan penilaian kembali dengan mehbatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-sama menilai masalah yang dialami klien. Jika klien bersernangat, berarti klien sudah begitu terlibat dan terbuka dalam proses konseling.
2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam proses konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi masalah yang dialaminya. Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor berupaya secara kreatif menggunakan berbagai variasi keterampilan konseling serta memelihara keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan bantuan konseling. Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada klien dan lingkungannya untuk membantu dan menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri klien.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling. Untuk itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat dalam pikirannya. Namun demikian, untuk memperlancar proses konseling, konselor boleh menambah kontrak lainnya dengan kliennya (fleksibel).
c. Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
1) Menurutnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
2) Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4) Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orangtua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah: (a) terjadinya transfer of learning pada diri klien; (b) melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu mengatasi masalahnya; (c) mengakhiri hubungan konseling.
3. Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan penumbuhannya, dan selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa klien-klien (peserta didik) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling memercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memedulikan di antara para peserta konseling kelompok. Klien-klien dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu (a) Tahap pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. (b) Tahap peralihan, temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. (c) Tahap kegiatan, temanya kegiatan pencapaian tujuan. (d) Tahap pengakhiran, temanya penilaian dan tindak lanjut.
4. Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting karena banyak masalah, karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orangtua, administrator, dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. Brown dan teman-temannya telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada peserta didik, tetapi secara tidak langsung melayani peserta didik melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Ada delapan tujuan konsultasi, yaitu: a) mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi peserta didik, orangtua, dan administrator sekolah; (b) menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi di antara orang yang penting; (c) mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar; (d) memperluas layanan dari para ahli; (e) memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator; (f) membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku; (g) menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik; (h) menggerakkan organisasi yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi, yaitu (a) menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti; (b) menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan; (c) mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan; (d) melakukan pemecahan masalah; (e) melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
5. Kolaborasi dengan Personel Sekolah, Orangtua, dan Masyarakat
Pada saat merencanakan dan melaksanakan program layanan dasar bimbingan di sekolah, konselor dapat bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi, staf tata usaha, orangtua, dan masyarakat di sekitarnya.
Pada saat merencanakan program layanan dasar bimbingan, konselor dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah tentang berbagai kebijakan sekolah yang dapat didukung oleh program BK seperti meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademik, kesenian, olahraga, pramuka, dan kedisiplinan. Konselor dapat berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai sumber-sumber tenaga dan biaya untuk melaksanakan program BK.
Pada saat merencanakan program, konselor dapat juga berkolaborasi dengan wakasek kurikulum, kesiswaan, dan sarana tentang penataan waktu pelaksanaan BK di sekolah, sarana yang dibutuhkan BK, dan bentuk-bentuk kegiatan kesiswaan yang dapat mendorong gairah peserta didik untuk mau belajar di sekolah.
Konselor dapat juga bekerja sama dengan guru dalam merencanakan kegiatan-kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang dapat mendorong anak merasa senang untuk belajar. Konselor dapat juga bekerja sama dengan staf administrasi sekolah dalam merencanakan teknik-teknik pengadministrasian dan pelaporan kegiatan layanan dasar bimbingan.
Pada saat melaksanakan program layanan dasar bimbingan banyak hal yang dapat dilakukan kolaborasi dengan pihak sekolah maupun luar sekolah. Pada saat memberikan layanan orientasi sekolah, konselor dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah, wakasek, guru, dan staf Administrasi. Mereka diminta untuk bersedia menjelaskan tugas pokok dan fungsinya kepada peserta didik baru, sehingga peserta didik betul-betul memahami kedudukan dan tugas masing-masing personel sekolah.
Pada saat melaksanakan layanan dasar bimbingan bidang belajar, konselor dapat berkolaborasi dengan guru bidang studi, membantu para peserta didik unggul untuk memperkaya belajarnya, membantu para peserta didik normal (prestasi belajarnya biasa) untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan membantu peserta didik yang asor (prestasi belajarnya di bawah rata-rata) untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
Pada saat memberikan layanan dasar bimbingan yang bersifat informasi, konselor dapat berkolaborasi dengan anggota atau lembaga masyarakat yang ahli di bidangnya masing-masing. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang kesehatan, konselor dapat berkolaborasi dengan Puskesmas dan dokter. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang keamanan dan ketertiban, konselor dapat berkolaborasi dengan polisi. Pada saat peserta didik perlu informasi tentang keagamaan/kerohanian, konselor dapat berkolaborasi dengan Pesantren, Kiai, Pastur, dan Guru Agama. Pada saat peserta didik perlu informasi tentang kewirausahaan, konselor dapat berkolaborasi dengan pengusaha atau manajer perusahaan. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang perguruan tinggi, konselor dapat berkolaborasi dengan alumni sekolah dan pihak perguruan tinggi.
Pada saat mengevaluasi program layanan dasar bimbingan, konselor dapat bekerja sama dengan pihak sekolah maupun orangtua peserta didik. Konselor dapat meminta pendapat peserta didik, kepala sekolah, wakasek, guru bidang studi, wali kelas, dan orangtua tentang perencanaan dan pelaksanaan program BK. Mereka dapat diminta untuk efektivitas program BK dan keterlibatan personel sekolah dan peserta didik dalam pelaksanaan BK.
6. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok peserta didik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memerhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan/atau kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara skematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. (a) Diagnostik kesulitan belajar mengajar. (b) Rekomendasi/referral. (c) Penelaahan kembali kasus. (d) Pilihan alternatif tindakan, (e) Layanan konseling. (f) Pelaksanaan pengajaran remedial. (g) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar. (h) Revaluasi/rediagnostik. (i) Tugas tambahan. (j) Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada peserta didik tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsung program PBM.
7. Penggunaan Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Penggunaan Teknologi Komputer
Salah satu layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknologi komputer khususnya internet adalah E-counseling. Konseling melalui e-mail sering disebut juga dengan email therapy, online therapy, cyber counseling atau e-counseling. Email counseling merupakan proses terapeutik yang di dalamnya termasuk menulis selain pertemuan secara langsung dengan konselor.
Email merupakan cara baru untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka, tetapi dapat menjadi salah satu cara dalam membantu klien memecahkan masalahnya pada jarak jauh tanpa bertemu langsung dengan konselor. Email counseling merupakan satu kesempatan untuk berkomunikasi antara klien dengan konselor yang di dalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi klien.
E-counseling merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses konseling jarak jauh yang dilakukan antarkonselor dan klien untuk membantu masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan klien melalui surat atau tulisan pada internet.
E-counseling memerlukan waktu dalam menulis kepada konselor mengenai jenis bantuan apa yang diinginkan klien. Klien dapat mengirimkan inisial email dengan keterangan pada suatu situasi yang dirasakan klien. Kemudian konselor akan membalas email dalam waktu maksimum 72 jam (hari kerja sesegara mungkin) atau dalam hari yang sama.
Mengirimkan atau menulis email kepada konselor merupakan proses terapeutik karena klien tidak bertemu langsung dengan konselor (http://www.google/practice/practicarole’s.com). Kekuatan e-counseling terletak pada menulis. Respons, atau bantuan yang diberikan konselor bergantung kepada informasi yang diberikan. Klien tidak perlu mengirimkan seluruh kisah hidupnya, cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
Berikut ini adalah langkah-langkah menulis email kepada konselor yang terdapat dalam http://www.google/practice/practicarole’s.com
1) Menuliskan nama awal atau nama panggilan.
2) Nama lengkap, nomor telepon dan alamat, tetapi hal ini tidak terlalu penting.
3) Alamat email yang digunakan dalam proses konseling.
4) Usia, jenis kelamin, dan posisi dalam keluarga.
5) Pengaruh masalah dalam kehidupan.
6) Lamanya masalah dalam kehidupan.
7) Usaha yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi masalah: hal-hal apa yang telah dibantu dan apa yang belum dibantu.
8) Pengalaman terapi sebelumnya.
9) Informasi yang relevan mengenai latar belakang klien sebagai bahan pertimbangan konselor, seperti pekerjaan, pendidikan, perjalanan karier, gaya kepribadian, hubungan yang signifikan, keluarga dan latar belakang keluarga, nilai-nilai yang dianut, stres, merasa kehilangan atau perubahan dalam hidup dan hal-hal yang menjadi support dalam hidup.
10) Tantangan-tantangan lain yang menjadi penting.
11) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
12) Alasan mengapa memilih situs ini.
13) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
14) Meringkas beberapa pertanyaan di akhir.
Setelah klien menuliskan seperti langkah-langkah di atas, konselor akan me-reply (menjawab) email yang dikirim klien dalam waktu lain (hari kerja) sesegera mungkin atau dalam hari yang sama.
b. PenggunaanTeknologi Telepon
Perubahan tatanan kehidupan masyarakat global menuntut pemberian layanan bimbingan dan konseling yang cepat, luas, dan mudah diakses oleh klien, konseling melalui telepon. Ada etika dan panduan operasional dalam penggunaan teknologi telepon dalam layanan konseling.
Etika pelayanan konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1) Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien.
2) Gunakan suara lembut, volume yang rendah dan intonasi yang bersahabat.
3) Dengarkan pembicaraan sampai selesai, jangan menyela kata-kata klien apalagi pada tahap awal pembicaraan.
4) Mengembangkan perasaan senang dan berpikir positif tentang siapa pun yang menelepon.
5) Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian.
6) Memfokuskan pembicaraan untuk mengefektifkan penggunaan media komunikasi.
7) Selalu mengakhiri pembicaraan dengan kesiapan untuk melakukan hubungan komunikasi selanjutnya.
Adapun panduan operasional konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1) Segera angkat telepon sebelum dering ketiga dan siapkan ATK yang diperlukan.
2) Ucapkan Pass Word (Hot Line Counseling Service) ikuti dengan Selamat ..... (waktu).
3) Sebutkan nama: ”Dengan .... di sini, ada yang dapat saya bantu?”
4) Dengarkan apa yang disampaikan penelepon.
5) Tanyakan identitas klien sebagai bagian dari pembicaraan, misalnya: mohon maaf, ... Dengan siapa saya berbicara ...?
6) Berikan informasi, solusi, jawaban, nasihat, atau alternatif sesuai kebutuhan klien.
7) Kemukakan apa yang tidak dapat kita lakukan, kemudian tawarkan alternatif solusi dan kemukakan keterbatasan yang dialami.
8) Catat deskripsi pembicaraan pada saat konseling berlangsung.
9) Akhiri pembicaraan, ucapkan terima kasih, dan nyatakan kesediaan untuk dihubungi kembali. ”Terima kasih .....telah menghubungi Hot Line Counseling Service. Kami siap membantu .... kembali jika diperlukan. Selamat .... (waktu).”
10) Tutup telepon.
F. Soal-soal Latihan
1. Definisi Konsep
Di bawah ini terdapat sejumlah konsep utama (key concept) seperti anda baca dan pelajari dalam materi pelatihan teknik dan jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Definisikan atau jelaskan dengan kata-kata anda sendiri secara singkat, padat, dan tepat (concise) setiap konsep tersebut.
A. Pengantar
Pemaparan materi ini dimaksudkan untuk mengembangkan kesadaran dan orientasi tentang kemampuan melaksanakan dan mengelola program bimbingan dan konseling. Pengembangan kesadaran dan orientasi ini merupakan bagian dari tanggung jawab profesional seorang konselor. Lingkup kajian materi ini terdiri atas teknik layanan dasar bimbingan, teknik layanan responsif, teknik layanan perencanaan individual, teknik dukungan sistem, dan teknik penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
B. Kompetensi
Materi ini dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi berikut ini.
K.6. Kemampuan melaksanakan layanan bantuan.
C. Indikator
Subkompetensi dan indikator yang diharapkan dicapai para konselor dari kajian materi ini adalah sebagai berikut.
Subkompetensi K.6.1. Memfasilitasi peningkatan perkembangan dan prestasi peserta didik.
Indikator K.6.1.d. Melakukan konseling terhadap peserta didik yang berkenaan dengan pilihan karier, pendidikan dan keberhasilan yang diharapkan.
K.6.1.e. Berkolaborasi dengan guru, pimpinan sekolah, orangtua dan tenaga kependikan lain dalam menjamin keberhasilan pendidikan di sekolah.
K.6.1.f. Melakukan bimbingan kelompok untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan sosial.
Subkompetensi K.6.4. Melakukan Konseling
Indikator K.6.4.e. Melakukan konseling dan konsultasi memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam perbedaan budaya dan kebutuhan khusus.
Subkompetensi K.6.5. Melakukan advokasi untuk mengupayakan kepentingan peserta didik.
Indikator K.6.5.b. Mampu memberikan bantuan pelatihan orientasi dan bantuan konsultasi bagi pimpinan sekolah dan guru dalam mengembangkan layanan bagi peserta didik.
Subkompetensi K.6.6. Menggunakan teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling.
Indikator K.6.6.c. Menggunakan media komunikasi sebagai alat bimbingan dan konseling
K.6.6.e. Menggunakan pesawat telepon untuk layanan bimbingan dan konseling.
D. Strategi
Strategi pokok yang digunakan di dalam mengkaji materi teknik-teknik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1. Penyajian informasi umum tentang teknik-teknik bimbingan dan konseling
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E. Deskripsi Materi
Teknik-teknik layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam meluncurkan layanan dasar bimbingan adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas beranggotakan 15 sampai 20 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau guru.
Kegiatan ini banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerita yang tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaannya konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat informatif. Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel, dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
a. Langkah Awal
Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan : a) materi layanan; b) tujuan yang ingin dicapai; c) sasaran kegiatan; d) bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok; e) rencana penilaian; f) waktu dan tempat.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.
1) Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan keterampilan untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini. (a) Teknik umum yaitu ”Tiga M”: mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan positif; dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. (b) Keterampilan memberikan tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan merefleksikan. (c) Keterampi memberikan pengarahan: memberikan informasi; memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka; memengaruhi dan mengajak; menggunakan contoh pribadi; memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas masalah; dan menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru bimbingan dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.
2) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 yaitu pembentukan. Temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Kegiatannya: (a) mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; (b) menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok; (c) saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri; (d) teknik khusus; (e) permainan penghangatan/pengakraban. Tahap 2 yaitu peralihan. Kegiatannya: (a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah para anggola sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjuinya; (c) membahas suasana yang terjadi; (d) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (e) kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama/tahap pembentukan. Tahap 3 yaitu kegiatan. Kegiatannya: (a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik; (b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok; (c) anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas; (d) kegiatan selingan.
d. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan (baik lisan mau tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan/atau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian ”dalam proses” yang dapat dilakukan melalui: (1) mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung; (2) mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas; (3) mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka, dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka; (4) mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; (5) mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
e. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.
Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.
2. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus karena dalam interaksi tersebut konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan ini konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi ini.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu individu (peserta didik) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya. Konseling bertujuan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah pribadi, baik sosial. maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan datang.
Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat Pendidikan.
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual, yaitu: (1) attending/menghampiri klien; (2) empati; (3) refleksi; (4) eksplorasi; (5) menangkap pesan utama; (6) bertanya untuk membuka percakapan; (7) bertanya tertutup; (8) dorongan minimal; (9) interpretasi; (10) mengarahkan; (11) menyimpulkan sementara; (12) memimpin; (13) memfokus; (14) konfrontasi; (15) menjernihkan; (16) memudahkan; (17) diam; (18) mengambil inisiatif; (19) memberi nasihat; (20) memberi informasi; (21) merencanakan; dan (22) menyimpulkan.
Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu sebagai berikut.
a. Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Tahap awal ini Cavanagh (1982) menyebutkan dengan istilahintroduction, invitation and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut.
1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan tersebut dinamakan working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan konseling di antaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini di antaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan isi hati, perasaan, dan harapan sehubungan dengan masalah ini akan sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti, dan menghargai klien. Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien untuk terus-menerus dalam proses konseling.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala masalah yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui potensi yang dia miliki yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Tugas konselor adalah membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampuannya itu dapat mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya itu terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan masalahnya itu. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang dialami kliennya itu.
3) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah. Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya.
4) Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas, dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan konseling termasuk kegiatan konselor dan klien. Ini artinya konseling adalah kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di samping itu, dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya.
b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: (a) penjelajahan masalah yang dialami klien, (b) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Cavanagh (1982) menyebutkan tahap ini sebagai tahap action.
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar kliennya mempunyai pemahaman dan alternatif pemecahan baru terhadap masalah yang dialaminya. Konselor mengadakan penilaian kembali dengan mehbatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-sama menilai masalah yang dialami klien. Jika klien bersernangat, berarti klien sudah begitu terlibat dan terbuka dalam proses konseling.
2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam proses konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi masalah yang dialaminya. Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor berupaya secara kreatif menggunakan berbagai variasi keterampilan konseling serta memelihara keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan bantuan konseling. Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada klien dan lingkungannya untuk membantu dan menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri klien.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling. Untuk itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat dalam pikirannya. Namun demikian, untuk memperlancar proses konseling, konselor boleh menambah kontrak lainnya dengan kliennya (fleksibel).
c. Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
1) Menurutnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
2) Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4) Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orangtua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah: (a) terjadinya transfer of learning pada diri klien; (b) melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu mengatasi masalahnya; (c) mengakhiri hubungan konseling.
3. Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan penumbuhannya, dan selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa klien-klien (peserta didik) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling memercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memedulikan di antara para peserta konseling kelompok. Klien-klien dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu (a) Tahap pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. (b) Tahap peralihan, temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. (c) Tahap kegiatan, temanya kegiatan pencapaian tujuan. (d) Tahap pengakhiran, temanya penilaian dan tindak lanjut.
4. Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting karena banyak masalah, karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orangtua, administrator, dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. Brown dan teman-temannya telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada peserta didik, tetapi secara tidak langsung melayani peserta didik melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Ada delapan tujuan konsultasi, yaitu: a) mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi peserta didik, orangtua, dan administrator sekolah; (b) menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi di antara orang yang penting; (c) mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar; (d) memperluas layanan dari para ahli; (e) memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator; (f) membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku; (g) menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik; (h) menggerakkan organisasi yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi, yaitu (a) menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti; (b) menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan; (c) mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan; (d) melakukan pemecahan masalah; (e) melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
5. Kolaborasi dengan Personel Sekolah, Orangtua, dan Masyarakat
Pada saat merencanakan dan melaksanakan program layanan dasar bimbingan di sekolah, konselor dapat bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi, staf tata usaha, orangtua, dan masyarakat di sekitarnya.
Pada saat merencanakan program layanan dasar bimbingan, konselor dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah tentang berbagai kebijakan sekolah yang dapat didukung oleh program BK seperti meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademik, kesenian, olahraga, pramuka, dan kedisiplinan. Konselor dapat berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai sumber-sumber tenaga dan biaya untuk melaksanakan program BK.
Pada saat merencanakan program, konselor dapat juga berkolaborasi dengan wakasek kurikulum, kesiswaan, dan sarana tentang penataan waktu pelaksanaan BK di sekolah, sarana yang dibutuhkan BK, dan bentuk-bentuk kegiatan kesiswaan yang dapat mendorong gairah peserta didik untuk mau belajar di sekolah.
Konselor dapat juga bekerja sama dengan guru dalam merencanakan kegiatan-kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang dapat mendorong anak merasa senang untuk belajar. Konselor dapat juga bekerja sama dengan staf administrasi sekolah dalam merencanakan teknik-teknik pengadministrasian dan pelaporan kegiatan layanan dasar bimbingan.
Pada saat melaksanakan program layanan dasar bimbingan banyak hal yang dapat dilakukan kolaborasi dengan pihak sekolah maupun luar sekolah. Pada saat memberikan layanan orientasi sekolah, konselor dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah, wakasek, guru, dan staf Administrasi. Mereka diminta untuk bersedia menjelaskan tugas pokok dan fungsinya kepada peserta didik baru, sehingga peserta didik betul-betul memahami kedudukan dan tugas masing-masing personel sekolah.
Pada saat melaksanakan layanan dasar bimbingan bidang belajar, konselor dapat berkolaborasi dengan guru bidang studi, membantu para peserta didik unggul untuk memperkaya belajarnya, membantu para peserta didik normal (prestasi belajarnya biasa) untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan membantu peserta didik yang asor (prestasi belajarnya di bawah rata-rata) untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
Pada saat memberikan layanan dasar bimbingan yang bersifat informasi, konselor dapat berkolaborasi dengan anggota atau lembaga masyarakat yang ahli di bidangnya masing-masing. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang kesehatan, konselor dapat berkolaborasi dengan Puskesmas dan dokter. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang keamanan dan ketertiban, konselor dapat berkolaborasi dengan polisi. Pada saat peserta didik perlu informasi tentang keagamaan/kerohanian, konselor dapat berkolaborasi dengan Pesantren, Kiai, Pastur, dan Guru Agama. Pada saat peserta didik perlu informasi tentang kewirausahaan, konselor dapat berkolaborasi dengan pengusaha atau manajer perusahaan. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi tentang perguruan tinggi, konselor dapat berkolaborasi dengan alumni sekolah dan pihak perguruan tinggi.
Pada saat mengevaluasi program layanan dasar bimbingan, konselor dapat bekerja sama dengan pihak sekolah maupun orangtua peserta didik. Konselor dapat meminta pendapat peserta didik, kepala sekolah, wakasek, guru bidang studi, wali kelas, dan orangtua tentang perencanaan dan pelaksanaan program BK. Mereka dapat diminta untuk efektivitas program BK dan keterlibatan personel sekolah dan peserta didik dalam pelaksanaan BK.
6. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok peserta didik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memerhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan/atau kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara skematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. (a) Diagnostik kesulitan belajar mengajar. (b) Rekomendasi/referral. (c) Penelaahan kembali kasus. (d) Pilihan alternatif tindakan, (e) Layanan konseling. (f) Pelaksanaan pengajaran remedial. (g) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar. (h) Revaluasi/rediagnostik. (i) Tugas tambahan. (j) Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada peserta didik tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsung program PBM.
7. Penggunaan Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Penggunaan Teknologi Komputer
Salah satu layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknologi komputer khususnya internet adalah E-counseling. Konseling melalui e-mail sering disebut juga dengan email therapy, online therapy, cyber counseling atau e-counseling. Email counseling merupakan proses terapeutik yang di dalamnya termasuk menulis selain pertemuan secara langsung dengan konselor.
Email merupakan cara baru untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka, tetapi dapat menjadi salah satu cara dalam membantu klien memecahkan masalahnya pada jarak jauh tanpa bertemu langsung dengan konselor. Email counseling merupakan satu kesempatan untuk berkomunikasi antara klien dengan konselor yang di dalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi klien.
E-counseling merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses konseling jarak jauh yang dilakukan antarkonselor dan klien untuk membantu masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan klien melalui surat atau tulisan pada internet.
E-counseling memerlukan waktu dalam menulis kepada konselor mengenai jenis bantuan apa yang diinginkan klien. Klien dapat mengirimkan inisial email dengan keterangan pada suatu situasi yang dirasakan klien. Kemudian konselor akan membalas email dalam waktu maksimum 72 jam (hari kerja sesegara mungkin) atau dalam hari yang sama.
Mengirimkan atau menulis email kepada konselor merupakan proses terapeutik karena klien tidak bertemu langsung dengan konselor (http://www.google/practice/practicarole’s.com). Kekuatan e-counseling terletak pada menulis. Respons, atau bantuan yang diberikan konselor bergantung kepada informasi yang diberikan. Klien tidak perlu mengirimkan seluruh kisah hidupnya, cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
Berikut ini adalah langkah-langkah menulis email kepada konselor yang terdapat dalam http://www.google/practice/practicarole’s.com
1) Menuliskan nama awal atau nama panggilan.
2) Nama lengkap, nomor telepon dan alamat, tetapi hal ini tidak terlalu penting.
3) Alamat email yang digunakan dalam proses konseling.
4) Usia, jenis kelamin, dan posisi dalam keluarga.
5) Pengaruh masalah dalam kehidupan.
6) Lamanya masalah dalam kehidupan.
7) Usaha yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi masalah: hal-hal apa yang telah dibantu dan apa yang belum dibantu.
8) Pengalaman terapi sebelumnya.
9) Informasi yang relevan mengenai latar belakang klien sebagai bahan pertimbangan konselor, seperti pekerjaan, pendidikan, perjalanan karier, gaya kepribadian, hubungan yang signifikan, keluarga dan latar belakang keluarga, nilai-nilai yang dianut, stres, merasa kehilangan atau perubahan dalam hidup dan hal-hal yang menjadi support dalam hidup.
10) Tantangan-tantangan lain yang menjadi penting.
11) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
12) Alasan mengapa memilih situs ini.
13) Apa yang diharapkan dari e-counseling.
14) Meringkas beberapa pertanyaan di akhir.
Setelah klien menuliskan seperti langkah-langkah di atas, konselor akan me-reply (menjawab) email yang dikirim klien dalam waktu lain (hari kerja) sesegera mungkin atau dalam hari yang sama.
b. PenggunaanTeknologi Telepon
Perubahan tatanan kehidupan masyarakat global menuntut pemberian layanan bimbingan dan konseling yang cepat, luas, dan mudah diakses oleh klien, konseling melalui telepon. Ada etika dan panduan operasional dalam penggunaan teknologi telepon dalam layanan konseling.
Etika pelayanan konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1) Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien.
2) Gunakan suara lembut, volume yang rendah dan intonasi yang bersahabat.
3) Dengarkan pembicaraan sampai selesai, jangan menyela kata-kata klien apalagi pada tahap awal pembicaraan.
4) Mengembangkan perasaan senang dan berpikir positif tentang siapa pun yang menelepon.
5) Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian.
6) Memfokuskan pembicaraan untuk mengefektifkan penggunaan media komunikasi.
7) Selalu mengakhiri pembicaraan dengan kesiapan untuk melakukan hubungan komunikasi selanjutnya.
Adapun panduan operasional konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1) Segera angkat telepon sebelum dering ketiga dan siapkan ATK yang diperlukan.
2) Ucapkan Pass Word (Hot Line Counseling Service) ikuti dengan Selamat ..... (waktu).
3) Sebutkan nama: ”Dengan .... di sini, ada yang dapat saya bantu?”
4) Dengarkan apa yang disampaikan penelepon.
5) Tanyakan identitas klien sebagai bagian dari pembicaraan, misalnya: mohon maaf, ... Dengan siapa saya berbicara ...?
6) Berikan informasi, solusi, jawaban, nasihat, atau alternatif sesuai kebutuhan klien.
7) Kemukakan apa yang tidak dapat kita lakukan, kemudian tawarkan alternatif solusi dan kemukakan keterbatasan yang dialami.
8) Catat deskripsi pembicaraan pada saat konseling berlangsung.
9) Akhiri pembicaraan, ucapkan terima kasih, dan nyatakan kesediaan untuk dihubungi kembali. ”Terima kasih .....telah menghubungi Hot Line Counseling Service. Kami siap membantu .... kembali jika diperlukan. Selamat .... (waktu).”
10) Tutup telepon.
F. Soal-soal Latihan
1. Definisi Konsep
Di bawah ini terdapat sejumlah konsep utama (key concept) seperti anda baca dan pelajari dalam materi pelatihan teknik dan jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Definisikan atau jelaskan dengan kata-kata anda sendiri secara singkat, padat, dan tepat (concise) setiap konsep tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar