bp bk smp Selamat Datang di blog Kami. Silahkan Browsing dan Cari data anda
bp bk lengkap

Makalah Bimbingan Konseling Atau Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah

Minggu

Makalah Bimbingan Konseling Atau Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami Disini



BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Bimbingan Konseling, Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial).

            Namun dalam kenyataannya di lapangan dalam mata pelajaran bimbingan konseling di sekolah hanya sekedar tambahan atau kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Banyak masalah-masalah yang terjadi oleh siswa-siswa disekolah karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah itu sendiri.

            Kenakalan remaja memang bisa dikatakan pada saat usia 15-17 tahun (masa SMA) dimana pada usia ini anak-anak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungannya. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan pembentukan kepribadian agar pada usia remaja tidak terpengaruh oleh dampak negatif di lingkungan sosial. Di sekolah, bimbingan kepribadian bisa didapat pada mata pelajaran Bimbingan Konseling yang di dapat 1x45 dalam seminggu.

            Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis bergerak untuk melakukan penelitian Observasi sekolah dengan Judul : “Layanan Bimbingan Konseling di SMA PGRI 3 JAKARTA”.

B.     Masalah Penelitian

1.      Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dimana kenakalan remaja yang berada di usia SMA dalam penelitian observasi ini adalah mengamati peranan pelayanan Bimbingan konseling dalam membentuk kepriadian siswa.

2.      Ruang lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih terfokus dan mengarah maka diperlukan Pembatasan Masalah. Adapun hal-hal yang membatasi penelitian ini adalah:
1)      Peneliti hanya meneliti peranan pelayanan bimbingan konseling SMA PGRI 3 JAKARTA.
2)      Dalam penelitian kepribadian siswa, peneliti hanya mengambil sempel siswa kelas X IPA SMA PGRI 3 JAKARTA.
3.      Perumusan Masalah

Bagaimana peranan pelayanan Bimbingan Konseling dalam mengembangkan kepribadian siswa SMA PGRI 3 JAKARTA?

C.    Tujuan Penelitian

1.      Mengetahui persepsi guru BK tentang pelayanan BK di sekolah.
2.      Mengetahui persepsi siswa tentang pelayanan BK dan Interaksi di lingkungan sekolah.

D.    Kegunaan Penelitian

1.      Bagi peneliti, tersusunnya rencana pelaksanaan pelayanan BK yang sesuai dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi bagi siswa.
2.      Bagi guru BK, dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pelaksanaan pelayanan BK.
3.      Bagi pihak sekolah, sebagai studi kelanjutan dalam mengembangkan kelanjutan rencana pelaksanaan BK.
















BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Kajian Pustaka
Bimbingan Konseling, Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial)”

Bimbingan dan Konseling“Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya”.

1.      Pengembangan BK dalam Bidang-bidangnya
Bimbingan pribadi/social

Bertujuan:
  1. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
  2. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dg positif.
  3. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif
  4. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
  5. Dapat mengelola stress
  6. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
  7. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar
  8. Memiliki kemampuan memecahkan masalh
  9. Memiliki rasa percaya diri
  10. Memiliki mental yang sehat
Bimbingan karier

Bertujuan:
1.      Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan.
2.      Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih masa depan.
3.      Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja.
4.      Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait dengan pekerjaan.
5.      Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir.
6.      Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan.
7.      Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan.
8.      Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg pekerjaan.[1]

2.      Kegiatan Layanan dan Kegiatan Pendukung BK
Berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung yang perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Prayitno (1997:35-38) yang dikutip Agus Mulyadi mengemukakan berbagai jenis layanan yang perlu dilakukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1.      Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan (seperti lingkungan sekolah) baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperanya peserta didik dilingkungan yang baru itu.
2.      Layanan informasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan dll) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
3.      Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya.
4.      Layanan Pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap, kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya.
5.      Layanan konseling perorangan, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didikmendapatkan layanan langsung tatap mukadengan guru BK dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang di deritanya.
6.      Layanan bimbingan kelompok, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu.
7.      Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
8.      Layanan MediasiLayanan mediasi merupakan layanan yang memungkinkan pihak-pihak yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan mereka. Layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Selain kegiatan layanan tersebut diatas, dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan yang lain yang disebut kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung yang pokok adalah sebagai berikut.
1.      Aplikasi instrumentasi, Yaitu kegiatan pendukung untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (konseli), lingkungan maupun lingkungan yang lebih luas.
2.      Penyelenggaraan Himpunan Data, Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (konseli).
3.      Konferensi kasus, Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (konseli) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak.
4.      Kunjungan rumah, Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan bagi terentaskanya permasalahan yang dialami peserta didik (konseli) melalui kunjungan rumahnya.[2]
5.      Alih Tangan Kasus, Alih tangan kasus bertujuan mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli

3.      Langkah-langkah dan Bentuk-bentuk Pemberian Bantuan
Menurut Dewa Ketut dan Desak Made, langkah-langkah Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik di sekolah terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis, Langkah Sintesis dan selanjutnya diadakan Langkah Diagnosis, dan Prognosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 30). Sedangkan menurut Syahril dan Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan; Identifikasi Kasus, dan Diagnosis.
1)      Identifikasi Kasus
Tingkah laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau tingkah laku murid itu tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru harus  mencari tahu apa permasalahan yang di hadapi peserta didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus. Menurut Syahril dan Riska, 1987 “identifikasi kasus yaitu usaha menemukan/menentukan siswa yang perlu mendapat bimbingan. Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar, analisis karya tulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya. (Syahril dan Riska, 1987:86).
2)      Diagnosis
Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti kata memperkirakan apa yang terjadi pada peserta didik, maka diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”
3)      Prognosis
Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah yang dialami seseorang, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu dibantu, serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang yang mengalami masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut Dewa ketut dan Desak Made Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:32).
4)      Pemecahan masalah/Terapi /Treatment
Menurut Syahril dan Riska, “langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan, antara lain layanan individual, layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86-87).
5)      Penilaian (evaluasi)
Menurut Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).
6)      Tindak Lanjut
Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya yang akan dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).

Bentuk-bentuk pemberian bantuan
1.      Layanan Individual (Perorangan)Pemberian bantuan yang diberikan secara individual lebih dikenal dengan istilah konseling (penyuluhan). Dalam konseling orang yang bermasalah (klien), dibantu secara individual.
2.      Layanan Kelompok (Bimbingan Kelompok), dalam hal ini masalah setiap siswa dipecahkan melalui situasi kelompok. Membantu terbinanya keakraban dalam kelompok. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kelompok. Berusaha agar setiap yang dilakukan untuk membantu tercapainya tujuan bersama. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kelompok. Mampu berkomunikasi secara terbuka. Berusaha membantu anggota lain. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga memainkan peranannya. dan  Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
3.      Pengajaran PerbaikanRemedial Teaching : usaha pemberian bantuan terhadap seseorang siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Langkah-LangkahnyaPenelaahan terhadap status siswa dalam hubungannya dengan materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan langkah ini, ada 3 hal yang perlu dilaksanakan; 1)Tujuan-tujuan khusus yang diharapkan siswa yang bersangkutan pada saat kesuliatan itu tampak. 2)Teknik-teknik apa yang dapat dipergunakan. 3)Menemukan perbedaan antara tujuan yang diharapkan dengan perbuatan nyata yang telah dimiliki siswa
4.      Pemberian PengayaanPengayaan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa yang cepat dalam belajar. Siswa cepat belajar adalah siswa yang cepat dalam menerima pelajaran yang diberikan kepadanya.
5.      Pemberian Informasi,  Pemberian informasi merupakan sejenis bantuan terhadap masalah yang diperkirakan akan dialami oleh seorang/sekelompok siswa.
6.      Informasi yang akan diberikan meliputi:a. Kehidupan sekolah yang sedang mereka tempati misalnya tentang kurikulum sekolah,  jurusan-jurusan yang ada di sekolah, peraturan-peraturan sekolah dan sebagainya. b.  Kehidupan sekolah/perguruan tinggi yang mungkin dimasuki siswa; misalnya tentang kehidupan di perguruan tinggi, syarat-syarat memasuki perguruan tinggi, fakultas/jurusan yang tersedia.[3]

4.      Jenis-jenis dan Faktor-faktor penyebab Permasalahan

Pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi murid sekolah, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai berikut:
a.       Masalah pengajaran atau belajar
Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar mengajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar dan sebagainya.
b.      Masalah pendidikan
Dalam hubungan ini individu mengalami berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada beberapa masalah, misalnya; menesuaikan dengan sekolah baru, pelajaran baru, tata tertib sekolah, guru-guru dan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, murid-murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti memilih kegiatan ekstra kurikuler, memilih program studi yang cocok, mencari teman belajar yang cocok dan sebagainya. 
c.       Masalah pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan dengan memilih pekerjaan. Misalnya dalam memilih latihan-latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, penempatan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu. 
d.      Masalah penggunaan waktu senggang
Masalah ini dirasakan oleh murid dalam menghadapi waktu-waktu luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara mengisi waktu-waktu tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat di lingkungannya.
e.       Masalah sosial
Kadang-kadang murid menghadapi kesulitan dalam hubungannya dengan individu lain atau ddengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan  kemampuan murid berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya. Kita sering menjumpai murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan.
f.       Masalah pribadi
Dalam situasi tertentu murid dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya. Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya konflik berlarut-larut dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber timbulnya masalah-masalh pribadi lain. Masalah-masalah ini sering dialami para pemuda pada waktu menjelang masa adolesensi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat baik fisik maupun mental. [4]

Faktor-faktor Penyebab Adanya Masalah
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1.      Faktor Internal (faktor-faktor yang berada pada diri peserta didik itu sendiri/individu), antara lain:
·         Gangguan secara fisik, seperti: kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, dan lain sebagainya.
·         Ketidakseimbangan mental, seperti: selalu menampakkan kurangnya kemampuan mental dan taraf kecerdasannya cenderung kurang.
·         Kelemahan emosional, seperti: merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa takut, dan lain-lain.
·         Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah, seperti: malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2.      Faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri peserta didik/ individu), antara lain:
Ø  Sekolah, antara lain :
·         Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
·         Terlalu berat beban belajar.
·         Metode mengajar yang kurang memadai.
Ø  Keluarga (rumah), antara lain :
·         Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
·         Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.[5]
5.      Manajemen Pelayanan BK
a.       Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling, Bimbingan dan konseling dapat dikatakan sebagai “soko guru” yang ketiga dalam sistem pendidikan di sekolah selain pembelajaran (instruksional) dan administrasi sekolah. Sebagi sub-sistem pendidikan di sekolah, bimbingan dan konseling dalam gerak dan pelaksanaannya tidak pernah lepas dari perencanaan yang seksama dan bersistem. Hal ini bertujuan agar pencapai hasil dalam konteks kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dapat terlihat.
Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: analisis kebutuhan siswa, penentuan tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personel kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan, dan perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
b.      Pelaksanaan dan Pengarahan Program Bimbingan dan Konseling, Setiap sekolah sebagai satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan. Program inilah yang akan dijadikan acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Terdapat dua jenis program yang perlu dirancang dan diprogramkan, yakni:
c.       Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling, Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada umunya. Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dievaluasi diantaranya: konseling individual dan kelompok, konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun kelompok, pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan belajar siswa, koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah. Dengan demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.[6]

6.      Program Layanan BK
Pelayanan bimbingan di Sekolah/Madrasah merupakan usaha mambantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencaaan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual atau kelompok,  sesuai kebutuhan potensi, bakat, minat, serta perkembangan peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga mambantu  mengatasi kelemahan dan hambatan serta  masalah yang dihadapi peserta didik. Tohorin (2007:259) mengemukakan bahwa “Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.” Rancangan atau terancang kegiatan tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu.
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efisien sesuai kebutuhan keadaan siswa jika dalam pelaksanaannya tanpa suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,  artinya dilakukan secara sistematis jelas dan terarah. Penyusunan program bimbingan dan konseling sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah.  Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati (1995:2) mengemukakan bahwa: “Penyusunan program bimbingan dan konseling  disekolah hendaknya  berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam mereka mencapai tujuan pendidikan yaitu kedewasaan siswa itu sendiri.”
Berdasarkan hal tesebut di atas,  maka perlulah disusun program bimbingan di sekolah agar usaha layanan bimbingan di sekolah betul berdaya guna dan berhasil guna serta tepat sasaran.
7.      Perlengkapan Tata Laksana BK
a.       Perlengkapan Pengumpulan data
dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SMPI Nurul Hikmah II cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain: Wawancara, Observasi, Koesioner dan Sosiometri
Keseluruhan kelengkapan pengumpulan data tersebut digunakan sesuai  dengan kebutuhan dan permasalahan yang sedang terjadi
b.      Perlengkapan Penyimpanan Data
alat yang digunakan dalam penyimpanan data berupa buku pribadi dan kartu
c.       Perlengkapan Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan konseling antara lain: satu set meja dan kursi, almari arsip, buku rekapitulasi kegiatan bimbingan konseling, daftar kasus, catatan bimbingan dan papan pengumuman.

9.      Evaluasi Pelayanan BK
Menurut Gybers dan Handerson, Pekerjaan mengevaluasi program adalah prosedur untuk mengetahui tingkat keberhasilan/keberfungsian BK, dimana adastandar/ kriteria yang menjadi patokan untuk menilainya. Menurut suharsimi Arikunto, Penilaian Program BK adalah upaya untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan atau ketidakberhasilan suatu program dengan cermat, rinci, akurat, yang didasarkan atas atandar/criteria dari objek yang dievaluasi.
Tujuan dan manfaat evaluasi program BK
a.       Untuk mengetahui apakah program bimbingan sesuai dengan kebutuhan.
b.      Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu.
c.       Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai kriteriakeberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu.
d.      Dapat ditemukan bahan balikan bagi pengembangan program berikutnya.
e.       Adakah masalah-masalah baru yang muncul sebagai bahan pemecahan dalam program berikutnya.[7]
B.     Kerangka Pemikiran

C.    Hipotesis 

1.      Pelayanan BK dapat mengembangkan kepribadian siswa.
2.      Persepsi siswa tentang pelayanan BK cenderung positif.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.      Waktu dan Tempat Penelitian
                    Tempat penelitian adalah SMA PGRI 3 JAKARTA. Waktu penelitian dilakukan secara bertahap, dimulai dari wawancara kepada guru BK yang terbagi dua sesi, wawancara pada pihak sekolah (Wakil kepala sekolah bidang kesiswaaan) dan penyebaran angket pada siswa kelas X IPA SMA PGRI 3. 
2.      Peran peneliti 
                    Peran peneliti dengan cara Partisipatif. Cara ini digunakan peneliti agar data yang diinginkan dapat diperoleh sesuai dengan yang dimaksud peneliti. Partisipatif maksudnya adalah peneliti terlibat langsung dan aktif dalam mengumpulkan data yang diinginkan. Kadang-kadang peneliti juga menguraikan obyek yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh peneliti.
3.      Metode dan Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode wawancara dan angket. Pelaksanaan Observasi mengikuti rancangan:
a.       Observasi 1 (Wawancara)

1)      Perencanaan 
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
1)      Membuat lembar pertanyaan wawancara yang akan ditanyakan kepada guru BK.
2)      Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat hasil wawancara.
2)      Pelaksanaan Tindakan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan wawancara yaitu:
1)      Mensosialisasikan maksud dan tujuan wawancara.
2)      Mengajukan pertanyaan kepada nara sumber yang disesuaikan dengan pedoman wawancara.
3)      Mencatat hasil wawancara pada lembar observasi.
3)      Observasi
Kegiatan pengamatan terhadap semua aspek yang terjadi selama kegiatan wawancara dan hasil wawancara.
4)      Evaluasi dan Refleksi 
Pada tahap ini dikaji kekurangan dan kelebihan pelayanan BK dari hasil wawancara. Dilakukan dengan cara melihat hasil wawancara apakah pelayanan BK yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan perencanaan program layanan BK dan apakah ada dukungan dari pihak sekolah dalam menjalani program layanan BK.



b.      Observasi 2 (Penyebaran Angket)

1)      Perencanaan 
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
1)      Mempersiapkan lembar pertanyaan angket yang membahas tentang kepribadian siswa di sekolah.
2)      Membuat lembar observasi untuk melihat aktifitas siswa di sekolah.
2)      Pelaksanaan Tindakan
1)      Mensosialisasikan kepada siswa tentang maksud dan tujuan observasi.
2)      Menjelaskan prosedur tentang cara pengisian angket.
3)      Membagikan lembaran angket kepada seluruh siswa kelas X IPA
3)      Observasi 
Kegiatan pengamatan terhadap hasil angket yang telah di isi oleh siswa. Di dalam hasil angket dilakukan pengamatan tentang bagaimana kepribadian siswa disekolah, dari aspek pribadi, lingkungan dan perspektif siswa tentang layanan BK.
4)      Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini dikaji kepribadian siswa disekolah dari hasil angket. Hal ini dilakukan dengan melihat jawaban siswa tentang pandangan mereka terhadap kepribadiannya, lingkungan sekitar dan tentang layanan BK di sekolahnya.

4.      Instrumen Penelitian 
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah pedoman wawancara dan lembar angket.
5.      Tehnik pengumpulan data
1)      Jenis Data 
Jenis data yang dikumpulkan adalah hasil wawancara dan hasil lembar angket
2)      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah guru BK dan siswa kelas X IPA SMA PGRI 3 JAKARTA.
3)      Tehnik Pengolahan Data
Tehnik pengolahan data yang digunakan adalah tehnik pengolahan data kualitatif. Dari hasil wawancara dan hasil angket, data dianalisis dengan tehnik deskriptif berdasarkan logika.






BAB IV
HASIL PENELITIAN
1.      Hasil Analisis Wawancara
a.      Pengembangan BK dalam bidang-bidangnya
·         Bidang pengembangan pribadi
Peran guru BK dalam pengembangan pribadi adalah dari aspek ekstrakulikuler. Dimana setiap siswa bebas memilih ekstrakulikuler yang di inginkannya. Namun terkadang ada beberapa siswa yang tidak mau memilih ekstrakulikuler tersebut. Disinilah peran guru BK untuk memberikan penyuluhan agar siswa tersebut mau memilih Ekstrakulikuler yang ada sesuai dengan bakatnya. Namun dalam pelaksanaannya di sekolah, ada sedikit permasalahan dimana ada guru lain yang menyatakan bahwa ekstrakulikuler adalah untuk siswa-siswa yang memiliki bakat tertentu saja agar bakat tersebut bisa berkembang. Pendapat ini berbeda dengan guru BK yang menyatakan semua siswa bebas memilih ekstrakulikuler apapun meskipun siswa tersebut tidak bisa atau belum berbakat.
·         Bidang pengembangan sosial
Di dalam pelajaran memberikan penyuluhan tentang interaksi yang sesuai dengan tata aturan sekolah. Mencoba menegur siswa yang melakukan pelanggaran seperti dalam hal berpakaian. 
·         Bidang pengembangan pendidikan
Mencoba menyelesaikan permasalahan siswa yang sulit menerima pelajaran. Bagi siswa yang pendiam, guru BK mencoba menggali informasi dari wali kelas dan teman-teman sekelasnya. Bagi siswa yang cenderung nakal, guru BK mencoba melakukan kerja sama dengan orang tua siswa bersangkutan dan melakukan mediasi agar siswa tersebut diharapkan bisa berubah.
·         Bidang pengembangan karir
Dari hasil wawancara guru BK memanggil para alumni yang berhasil masuk ke perguruan tinggi negri untuk memberikan masukan kepada adik-adik kelasnya. Guru BK pun juga mencoba bekerjasama untuk mempromosikan universitas-universitas di sekolah, namun rencana tersebut kurang didukung oleh pihak sekolah yang cenderung terlalu menyerahkan rencana tersebut kepada guru BK.
b.      Kegiatan Layanan BK
·         Layanan orientasi
Kegiatan orientasi dilakukan setiap tahun kepada siswa-siswi baru untuk memperkenalkan tata tertib sekolah dan berbagai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Guru BK juga menekankan kepada siswa-siswi baru untuk mengenal karakter guru setiap bidang studi pelajaran agar siswa bisa menyesuaikan diri disaat siswa mengikuti pelajaran tersebut.
·         Layanan konseling perorangan
Guru BK mencoba terbuka agar siswa-siswi yang bermasalah mau mencurahkan hatinya kepada guru BK. Namun tidak banyak siswa yang mau berkonsultasi secara langsung, hal ini disiasati dengan memberikan nomor telephone atau pin BB agar siswa bisa lebih terlepas mencurahkan permasalahannya.
·         Layanan konseling kelompok
Dengan memanfaatkan media sosial, guru BK membuat akun personal dan grup dimedia sosial Face book. Dengan begitu siswa bisa melepaskan permasalahannya secara terbuka dimedia sosial dan guru BK bisa memonitoring juga memberikan penyuluhan bagi siswa-siswa yang memiliki masalah.
·         Layanan mediasi
Dalam melakukan mediasi siswa yang bermasalah, guru BK bekerjasama dengan pihak wali kelas dan orang tua. Disuatu kasus yang dialami oleh seorang siswa yang bermasalah. Dimana anak tersebut sering telambat dan absen, prestasinyapun tidak bagus. Disini guru BK mencoba menggali informasi dari wali kelas tentang bagaimana sikap siswa tersebut disekolah. Dan jiga memanggil orang tua tersebut tentang sikap anaknya yang selalu melanggra tatatertib sekolah. Disini guru BK mencoba melakukan mediasi dengan memanggil siswa dan orang tuanya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kegiatan pendukung
·         Kunjungan Rumah
Dalam pelaksanaannya guru BK melakukannya agar mengetahui sikap siswa disekolah. Saat guru BK mencoba melakukan kunjungan rumah, dengan beralasan untuk mengantar surat. Karena jika langsung mengutarakan tujuan yang sebenarnya, sebagian orang tua tidak mendukung atau bahkan menolak.
·         Alih tangan
Suatu kasus yang terjadi oleh siswa-siswa disekolah, dimana kasus tersebut sudah diluar kuasa sekolah maka pihak sekolah meng-alih tangankan kasus tersebut ke pihak lain. Seperti halnya kasus tawuran pelajar yang pernah terjadi. Pihak sekolah meng-alih tangankan kasus tersebut kepada pihak kepolisian karena permasalahan tersebut terjadi diluar kuasa pihak sekolah.

c.       Pemberian Bantuan
Ada suatu masalah yang dialami oleh salah satu siswa di SMA PGRI 3, dimana ada suatu perubahan yang terjadi pada siswa tersebut yang mulai absen dan prestasi yang menurun. Dalam mengidentifikasi masalah, guru BK mencari informasi dari wali kelas dan teman-temannya tentang perubahan tingkah laku anak ini. Setelah mendapatkan informasi, guru BK mencoba melakukan pendekatan dengan anak tersebut. Di awal pendekatan, siswa masih sangat tertutup. Namun dengan tahap-pertahap pendekatan, siswa itu mulai terbuka, dan diketahui jika dia mempunyai masalah di keluarganya (Broken home). Permasalahan kedua orang tuanya berdampak pula pada psikis siswa tersebut. Setelah memahami permasalahan siswanya ini, guru BK mencoba melakukan mediasi dengan orang tua siswa untuk mencari solusi agar siswa tersebut tidak terkena dampak dari Broken home yang menyebabkannya tidak fokus saat mengikuti pelajaran di sekolah.
d.      Penyebab Masalah
Penyebab permasalahan di sekolah yang paling berpengaruh adalah pengaruh lingkungan. Banyak kenakalan siswa yang terjadi di SMA 3 PGRI, seperti merokok di tempat-tempat tongkrongan dekat sekolah bahkan ada yang dikamar mandi sampai yang membolos sekolah. Sering kali guru BK mendatangi tempat-tempat siswa-siswa berkumpul saat pulang sekolah untuk langsung segera pulang kerumah. Namun hal ini tidak pernah didengar oleh siswa yang tetap saja melanjutkan kegiatan rutinitasnya setelah pulang sekolah itu.
Hal ini di perburuk dengan tidak adanya dukungan dari pihak sekolah ataupun masyarakat sekitar. Bagi pihak sekolah kegiatan siswa yang suka berkumpul dan tidak langsung pulang memang sudah menjadi hal yang sangat biasa. Meski sebenarnya beberapa guru juga sering menegur mereka namun tetap saja tidak ada perubahan. Itu yang menyebabkan beberapa guru menganggap permasalahan ini sulit untuk diselesaikan. Sedangkan bagi masyarakat sekitar, sikap masyarakat yang tidak merespon dikarenakan tanggapan mereka tentang tanggung jawab yang bukan mengarah mereka. Selama tidak ada dukungan dari pihak sekolah ataupun dari pihak masyarakat sekolah, permasalahan ini tidak akan pernah selesai jika hanya menyerahkan pada guru BK.
e.       Materi pelaksanaan BK
         Dalam penyampaian materi BK, materi yang disampaikan disesuaikan pada kondisi kelas. Pelaksanaan penyampaian materi disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah tersusun. Namun jika ada suatu permasalahan, maka guru BK akan membahas permasalahan tersebut. Misalkan jika terjadi permasalahan ada siswa yang berkelahi atau ke tahuan merokok maka penyampaian materi adalah tentang pembahasan permasalahan tersebut. Jika tidak ada permasalahan, maka penyampaian materi di sesuaikan dengan rencana pembelajaran seperti tentang pengembangan diri, nilai dan norma dll.

f.       Manajemen Pelayanan BK
         Dalam pelaksanaan manajemen BK, ada suatu permasalahan yang terjadi disekolah ini. Dimana dalam pelaksanaannya tidak terlalu didukung oleh pihak sekolah.  Salah satunya saja program di adakannya ekstrakulikuler yang diadakan oleh guru BK. Selain permasalahan tentang perbedaan pendapat siapa yang boleh mengikuti ekstrakulikuler tersebut, tidak adanya dukungan mendatangkan pembimbing ekstrakulikuler dari pihak sekolah juga menjadi permasalahan.
         Seperti pada ekstrakulikuler paduan suara, dimana tidak ada dukungan dari pihak sekolah untuk mendatangkan pembimbing di ekstrakulikuler tersebut. Yang akhirnya guru BK itu sendiri yang merangkap menjadi pembimbing ekstrakulikuler paduan suara.
g.      Program layanan BK
         Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dimana dalam pelaksanaan program pelayanan BK yang kurang mendapat dukungan dari pihak sekolah. Namun dalam program yang bersifat konsultasi atau program yang memang hanya dijalankan guru BK itu sendiri cukup berjalan sesuai.
         Dimana dalam pengenalan karakter kepada siswa, guru Bk mencoba untuk lebih bersahabat sehingga siswa-siswa tidak takut berkonsultasi dengannya. Meski jarang ada yang mau berbicara langsung/berkonsultasi secara langsung, namun banyak yang menyampaikan masalah mereka melalui media sosial seperti Face book atau BBM. Dimana siswa lebih terbuka menyampaikan masalah mereka.
         Bagi siswa yang bermasalah dalam hal melanggar tata tertib sekolah, guru BK bekerjasama dengan orang tua murid agar mereka tidak hanya mendapatkan bimbingan disekolah saja namun juga dirumah.
h.      Perlengkapan Tata Laksana BK
         Dalam pelaksanaannya, ada perlengkapan yang mendukung tata laksana BK. Seperti buku kasus untuk siswa-siswa yang tersangkut masalah disekolah seperti ketahuan merokok disekolah, ketahuan membolos dll. 
         Pengumpulan data yang dilakukan guru BK adalah dengan meminta informasi dari siswa (wawancara) atau dengan melakukan observasi. Lembar Home Fee Shet saat melakukan pengamatan dirumah siswa. Ini sering dilakukan guru BK untuk mencari tahu seperti apa sikap siswa yang bermasalah di rumah. Atau mencari tahu keadaannya dirumah.
i.        Evaluasi Pelayanan BK di Sekolah
         Cakupan evaluasi pada BK adalah tentang sikap siswa yang sesuai dengan aturan tata tertib sekolah. Menurut guru BK perbedaan siswa-siswa disekolah SMA PGRI 3 dibandingkan sekolah-sekolah lain sangat besar. Banyak siswa yang tidak tahu pentingnya arti belajar. Bagi mereka masuk sekolah hanya untuk bermain tanpa tahu apakah ada ilmu yang mereka bawa pulang. Mungkin ini juga yang disebabkan karena siswa-siswa yang ada di SMA PGRI 3 berasal dari anak-anak yang memang tidak memenuhi syarat terutama dalam hal nilai untuk masuk ke sekolah negri, sehingga mereka beralih kesekolah ini.
         Tujuan evaluasi adalah untuk agar saat menghadapi masalah kedepan di suatu permasalahan yang sama, tahu apa yang harus dilakukan. Siapa saja yang ahrus turt serta dalam menangani permasalahan. Jadi bisa dikatakan evaluasi ini adalah untuk suatu langkah kedepan agar dalam menangani suatu masalah bisa lebih baik.
         Hasil evaluasi pada siswa masuk kepenilaian sikap siswa di rapot.



0 komentar:

Posting Komentar

JASA PEMBUATAN PTBK

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294 DETAIL HARGA KLIK DISINI

Popular BP BK Posts

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294

BUTUH PTBK DAN ADMINISTRASI BK? HUB KAMI DI 081222940294
JASA PTBK